Tingkatkan Kualitas Sasirangan, BSF Gelar Diskusi Bagi Para Pengrajin
2 min readBANJARMASIN – Dalam rangka meningkatkan kualitas sasirangan, para pengrajin kain sasirangan di Kota Banjarmasin mengikuti Forum Diskusi Sasirangan, di salah satu hotel berbintang, pada Kamis (27/6).
Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kota Banjarmasin Siti Wasilah mengatakan, kegiatan diskusi ini masuk dalam rangkaian Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) ke 8.
“Yang bertujuan mengetahui persoalan yang sering dihadapi para pengrajin kain sasirangan,” ucapnya.
Selain itu, forum ini bermaksud untuk kepentingan kemajuan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menegah) maupun pengrajin di Kota Banjarmasin.
Tentunya, event BSF bertujuan untuk memfasilitasi para UMKM khususnya pengrajin dalam promosi dan memasarkan produknya.
Selain itu, kesempatan ini juga menjadi ajang edukasi sekaligus apresiasi bagi para pengrajin melalui berbagai lomba yang diselenggarakan.
“Terpenting, masyarakat juga harus turut merasakan makanya ada pawai sasirangan,” kata Wasilah.
Adapun berbagai masukan maupun aspirasi para pengrajin kain sasirangan akan menjadi catatan bagi Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin.
“Mudah-mudahan apa yang disuarakan kita upayakan baik itu berupa solusi, atau berupa komitmen kita jaga komitmen bersama,” harapnya.
Dalam diskusi tersebut, lanjut Wasilah, dibahas juga mengenai standarisasi harga kain sasirangan yang merupakan warisan budaya Banjar itu.
Tinggal yang menjadi PR dalam hal itu, yaitu menyamaratakan kualitas antar para pengrajin terhadap produknya agar tidak terjadi perbedaan.
“Untuk itu kita akan resmikan kampung jelujur yang mana para menjelujur harus menjelujur bagus hingga wajar ditawar dengan harga tinggi dan itu berpengaruh pada pendapatan mereka,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Banjarmasin, Ichrom Muftezar menambahkan standarisasi harga kain sasirangan sendiri tentunya menjadi perhatian.
Pasalnya, banyak pengrajin kain sasirangan di Kota Seribu Sungai yang menginginkan diterapkannya standarisasi harga.
“Ada kompetensi antar pengrajin dalam menjual produknya yang mana kualitas biasa dan harganya murah lebih banyak diminati orang luar jika dibanding kualitas bagus namun harganya mahal,” jelasnya
Untuk itu lanjut Kadis yang akrab disapa Tezar, ke depan akan dicoba membuat pola agar ada standarisasi harga kain sasirangan dari semua pengrajin yang disepakati.
Berkaca dari harga kain batik berasal dari daerah Jawa itu dihargai cukup tinggi hingga dikisaran harga Rp300 ribu lebih untuk satu kain.
“Sedangkan kain sasirangan itu masih ada harganya Rp125 ribu. Justru ini akan merugikan pengrajin sasirangan. Makanya coba kita standarisasi dan ini akan berdampak pada para penjelujur,” pungkasnya. (ADV/SRI/NRH/RH)