Kementan RI Gelar Rakor Pengawasan Ketahanan Pangan Untuk Antisipasi Fenomena Cuaca El Nino
2 min read
BANJARBARU – Untuk mengantisipasi dampak pertanian karena terjadinya fenomena cuaca el nino, Kementerian Pertanian (Kementan) melaksanakan Rapat Koordinasi Pengawasan bidang Ketahanan Pangan dengan tajuk “Sinergi APIP dan APH mengawali program pertanian dan optimalisasi fungsi pertanian menghadapi dampak el nino di provinsi kalimantan selatan. Rakor dilaksanakan disalah satu hotel berbintang di Kota Banjarbaru, Kamis (3/8).

Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan) Jan Samuel Maringka menyampaikan, Kalsel merupakan salah satu penyangga produksi pangan saat El Nino terjadi. Perlu langkah strategis serta membagi tugas dari pusat sampai ke desa. El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas konfisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Saat terjadi menyebabkan kurangnya curah hujan di Indonesia.

“Hal itu mengancam sektor pertanian. Keterlibatan atau kolaborasi Aparatur Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dan Aparatur Penegak Hukum (APH) menjadi sangat penting,” ungkap Jan Samuel.
Untuk mengantisipasi dampak El Nino, Kementerian Pertanian menyiapkan berbagai macam langkah, untuk mengoptimalisasi fungsi pertanian sebagai bentuk jaga pangan di Kalimantan Selatan. Serta keberpihakan pengelolaan dana desa berbasis pertanian sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 201 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Dana Desa yakni minimal 20% dianggarkan untuk program ketahanan pangan.
“Tolong diingatkan kita punya program agar dana desa berjalan juga seperti kita harapan,” tutup Jan Samuel.
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor, yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Nurul Fajar Desira menyampaikan, tema yang diangkat ini sangat relevan dengan kondisi saat ini. Karena fenomena cuaca El Nino merupakan salah satu fenomena alam yang sangat berdampak pada terjadinya kekeringan.
“Yang berarti akan tejadi penurunan curah hujan, sehingga menjadi perhatian serius bagi sektor pertanian terhadap ketersediaan air yang berkurang dapat menghambat pertumbuhan tanaman juga meningkatkan risiko terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang bisa merugikan sektor pertanian,” ucapnya Fajar.
Dampak El Nino dapat mempengaruhi pola cuaca dan iklim di wilayah Kalsel. Hal ini menjadi perhatian serius dan tantangan ini membutuhkan energi serta intensitas koordinasi lintas sektorat untuk terus bekerja sama dengan semua pihak terkait supaya bersama mencati cari solusi terbaik dalam menjaga ketahanan pangan dan menjamin kelangsungan program-program sektor pertanian di Kalimantan Selatan.
“Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian kita dan ketahanan pangan juga menjadi pondasi utama kesejahteraan masyarakat kita. Oleh karena itu penting bagi pemerintah khususnya Kementerian Pertanian bersama seluruh stakeholder terkait untuk terus melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap program-program pertanian yang berkelanjutan,” tutupnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, Syamsir Rahman mengungkapkan, waalaupun saat ini banua Kalsel sedang dihadapkan dengan fenomena alam yang mengganggu ketahanan pangan. Namun dari data yang pihaknya terima hingga akhir juli 2023 untuk padi yang sudah panen mencapai 830 ribu ton dengan target 1jt ton dari kementerian.
“Kami optimis di tahun ini untuk target dari kementerian bisa terlampaui melihat masih ada beberapa bulan menjelang akhir tahun 2023,” tutup Syamsir. (MRF/RDM/RH)