Jadi Penyangga Pangan IKN, Ini Program Prioritas Disbunnak Kalsel
2 min readBANJARBARU – Menjadi pintu gerbang Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, sekaligus sebagai penyangga pangan kawasan baru di Kalimantan Timur itu, membuat Provinsi Kalimantan Selatan terus berbenah dan meningkatkan kemampuan produksinya pada sektor pangan. Diantaranya adalah komoditas yang menjadi bidang kerja Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan.
Tahun ini, tercatat ada 4 program yang menjadi prioritas Gubernur Kalimantan Selatan pada bidang perkebunan dan peternakan ini. Yakni peningkatan produksi daging sapi, karet, kopi dan itik.
Empat program prioritas itu, disampaikan langsung Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, drh. Suparmi, pada konferensi pers di kantornya jalan Ahmad Yani kilometer 35 kota Banjarbaru, pada Senin (30/1).
Didampingi Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Adpim) Setdaprov, Berkatullah, Kadisbunnak memaparkan apa saja yang menjadi program prioritas tersebut.
Program pertama yaitu Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (SISKA KUINTIP). Program ini digagas Gubernur Paman Birin untuk percepatan swasembada sapi potong.
“Paman Birin sangat konsen untuk Kalsel swasembada sapi potong, implementasi SISKA KUINTIP sudah dilaksanakan pada 7 klaster areal kelapa sawit yang telah menggunakan pagar elektrik, sedangkan yang sudah berkomitmen ada 22 perusahaan perkebunan kelapa sawit,” jelas Suparmi di hadapan puluhan wartawan press room Pemprov Kalsel.
Ketujuh klaster tersebut, lanjut Suparmi, bakal diusulkan menjadi pusat pengembangan sapi potong dengan target 1.000 ekor sapi.
Program SISKA KUINTIP, saat ini sudah menjadi role model pengembangan sapi potong tingkat nasional dan sudah mendapatkan pengakuan dari Kementan RI, bahkan pemerintah Australia.
Upaya Gubernur Kalsel guna percepatan swasembada sapi potong, adalah dengan dikeluarkannya Pergub Nomor 53 yang mewajibkan seluruh perusahaan kelapa sawit untuk mengembangkan program SISKA KUINTIP di areal kebunnya.
“Diharapkan pada 2024, seluruh perusahaan sawit dapat mengembangkan SISKA KUINTIP di area kebun sawitnya,” harap Suparmi.
Kemudian Suparmi melanjutkan penjelasan terkait program prioritas kedua. Yakni intensifikasi dan diversifikasi tanaman karet dengan inovasi Bang Sibon Berkaret. Dalam program ini dilakukan pengembangan perkebunan karet dengan pola jarak tanam ganda dan tumpang sari dengan tanaman pangan.
“Kalsel dengan 270 ribu hektar areal kebun karet sudah memiliki 229 UPPB (unit pengolahan dan pemasaran bokar),” kata Suparmi.
Keberadaan UPPB untuk meningkatkan kualitas produksi karet sekaligus meningkatkan kesejahteraan pekebun karet, karena harga dan mutu yang terjaga.
Program ketiga adalah inovasi Bang Kodim yaitu pengembangan tanaman kopi terintegrasi.
“Kalsel memiliki potensi pengembangan tanaman kopi guna memenuhi kebutuhan akan produksi kopi lokal,” katanya.
Menurut Suparmi, tumbuhnya coffee shop di Banua seperti munculnya jamur di musim hujan. Sehingga berdampak pada tingginya kebutuhan kopi.
“Saat ini luasan kebun kopi di Kalsel, baru 2.800 hektar. Produksi baru 1.500 ton per tahun sedangkan kebutuhanya jauh lebih dari itu,” paparnya.
Terakhir adalah pengembangan itik di lahan rawa dengan inovasi yang dinamakan ‘Siti Hawalari’.
Dari empat program unggulan tersebut, program SISKA KUINTIP menjadi fokus paling utama. Sebab program itu menjadi salah satu upaya untuk menjadikan Kalsel swasembada sapi potong, guna memenuhi kebutuhan daging lokal dan sebagai penyangga pangan IKN Nusantara. (RIW/RDM/RH)