Jelang Nataru, Harga Cabai di Kalsel Meroket
2 min read
ilustrasi cabai (sumber foto google)
BANJARMASIN – Sejak dua pekan terakhir, harga cabai di Kalimantan Selatan mengalami kenaikan di pasaran. Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan Birhasani, kepada Abdi Persada FM pada Senin (20/12) mengatakan, kondisi ini terjadi akibat banjir rob yang diperparah curah hujan tinggi, menyebabkan sebagian wilayah pertanian cabai di Kalsel terendam banjir. Dampaknya, terjadi kenaikan harga di pasaran. Untuk di Kalsel l, pemasok cabai biasanya berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah, sedangkan dari luar daerah yaitu pulau Jawa dan Sulawesi.

“Tingginya harga cabai ini secara nasional, disebabkan musim hujan yang panjang, dan berakibat rusaknya tanaman, karena kandungan air yang tinggi membuat cepat busuk, baik di pohon maupun saat penyimpanan,” ucap Birhasani.
Birhasani menyampaikan, untuk harga cabai besar atau cabai merah sebelumnya hanya Rp45.000 per kilogram, naik menjadi Rp70.000 per kilogram, cabai tiung yang sebelumnya Rp40.000, harganya melonjak dua kali lipat menjadi Rp80.000 per kilogram, sedangkan cabai taji yang sebelumnya Rp50.000 per kilogram, kini menjadi Rp90.000 per kilogram.
“Harga cabai rawit sebelumnya 80 ribu rupiah, naik menjadi 125 ribu rupiah per kilogram, hanya cabai hijau keriting yang tidak mengalami kenaikan, yaitu dikisaran 25 ribu hingga 30 ribu rupiah per kilogram,” katanya.
Sementara itu, salah satu penjual ayam lalapan di Jalan Pekapuran A Banjarmasin Timur Rima mengakui, naiknya harga cabai, membuatnya kesulitan menjual masakan. Karena biasanya ciri khas masakan yang Ia jua, adalah dari sambal yang pedas. Sebelum harga cabai naik, pembelian satu kilogram cabai rawit dicampur cabai besar atau cabai merah, cukup untuk memenuhi 100 pelanggan.
“Sekarang harga cabai naik, tidak mungkin mengurangi porsi sambal, akan membuat sepi nanti jualan,” tutupnya. (NHF/RIW/RH)