Webinar Literasi Digital Kabupaten Hulu Sungai Utara; Bahaya Kejahatan di Ruang Digital

AMUNTAI – Kementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar dengan tema “Bahaya Kejahatan di Ruang Digital” di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kamis (21/10/2021) pukul 10.00 Wita.

Acara dibuka oleh Bupati Hulu Sungai Utara, Drs H Abdul Wahid dan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan B Sc ini menampilkan sejumlah pembicara kompeten.

Dalam diskusi ini dipandu oleh moderator Rio Brama yang menghadirkan narasumber pertama yakni, Grandika Primadani yang membahas tentang “Budaya Digital”

Ia memaparkan, cara berpikir produktif di era digital, yaitu;
1.Membangun citra diri pada bidang terrentu
2.Memperluas jaringan melalui media sosial
3.Mampu berpikir, kreatif, inovatif, dan produktif
4.Membangun UMKM melalui e-commerce
5.Mencari mentor dalam pekerjaan

Narasumber kedua, Reno Affrian yang membahas materi tentang “Keamanan Digital”

“Jejak digital yang dapat kita tinggalkan pada internet, yakni postingan di media sosial, pencarian di google, tontonan di youtube, pembelian di marketplace, jalur ojek online, game online yang dimainkan, aplikasi yang diunduh, dan situs web yang dikunjungi,” pungkasnya.

Narasumber ketiga yaitu Syafilla Putry yang sekaligus Key Opinion Leader dalam acara ini menjelaskan materi tentang “Kecakapan Digital”

“Kegunaan internet sangat banyak, salah satunya memudahkan komunikasi, memudahkan berbelanja, memudahkan berbisnis, sumber wawasan dan ilmu, serta memperluas ruang pertemanan,” tuturnya.

“Adapun berbagai ancaman pada internet, yakni privasi terancam, penipuan online, cyberbullying, dan pelecehan,” pungkasnya

Terakhir, narasumber Irza Setiawan yang meyampaikan materi tentang “Etika Digital”

“Semakin berkembangnya era digital saat ini semakin maraknya penyebaran berita hoax yang ada di sekitar kita. Saat mendapatkan sebuah berita dari manapun, kita jangan asal langsung sebar namun bisa kita lihat dulu literasi pembanding dan sumber-sumber terpercaya. Ciri berita hoax biasanya foto atau video tidak masuk akal, isi beritanya provokatif, dan sumber tidak jelas,” pungkasnya.(RILIS)

Webinar Literasi Digital Kabupaten Tapin; Tepat dan Cermat Berinternet di Era Digital

TAPINKementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar bertema “Tepat dan Cermat Berinternet di Era Digital” di Kabupaten Tapin, Kamis (30/9/2021) pukul 14.00 Wita.

Acara dibuka oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan B Sc dan Bupati Tapin, Drs H M Arifin Arpan ini menampilkan sejumlah pembicara kompeten.

Dalam diskusi ini dipandu oleh moderator Ovi Darin yang menghadirkan narasumber pertama yakni, Steve Pattinama yang membahas tentang “Aman saat Berbelanja Online”

“Saat ini jika kita ingin berbelanja online sangat mudah karena adanya web ‘aupun marketplace yang berkembang pesat membuat kita memudahkan untuk berbelanja online,” tuturnya

“Belanja online memiliki banyak kemudahan, dengan menghemat waktu yang lebih efisien, banyak diskon dan cashback, varisi barang lebih banyak, namun ada beberapa kekurangannya seperti barang yang tidak sesuai, penipuan online, dan membuat kita lebih boros karena ingin terus menerus belanja,” pungkasnya

Narasumber kedua, Dr Ir Syahrial Shaddiq yang membahas materi tentang “industry 4.0”

Berkenalan dengan Artificial Intelligence (AI), sebuah kecerdasan buatan yakni kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah.

Walaupun AI memiliki konotasi fiksi ilmiah yang kuat, AI membentuk cabang yang sangat penting pada ilmu komputer, berhubungan dengan perilaku, pembelajaran dan adaptasi yang cerdas dalam sebuah mesin.

Pembuatan mesin dan program komputer untuk melakukan otomatisasi tugas-tugas yang membutuhkan perilaku cerdas.

“Termasuk contohnya adalah pengendalian, perencanaan dan penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan, serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah,” kata Syahrial.

Masih kata Syahrial, kecerdasan buatan ini bukan hanya ingin mengerti apa itu sistem kecerdasan, akan tetapi juga mengkonstruksinya.

“Tidak ada definisi yang memuaskan untuk kecerdasan, seperti kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan menggunakannya atau kecerdasan yaitu
apa yang diukur oleh sebuah tes Kecerdasan,” tuturnya.

Narasumber ketiga yaitu Dara Rizky Amalia yang sekaligus Key Opinion Leader dalam acara ini menjelaskan materi tentang “Budaya Digital”

Ada beberapa poin dari Dara cara bermedia sosial yang baik yaitu:

1. Penggunaan bahasa

2. Menghargai orang lain

3. Kontrol pada konten

4. Overposting

5. Preferensi Bukan Plagiat.

Dari penggunaan bahasa sendiri harusnya menggunakan bahasa yang baik dan benar, lalu menggunakan kalimat  yang jelas dan hindari penggunaan kata yang multitafsir.

“Saya menekankan dalam menghargai orang lain harusnya, budayakan membaca sebelum berkomentar dan jangan sampai mencela ataupun menghina,” tandasnya.

Terkait kontrol pada konten Dara menyarankan untuk mengunggah hal yang sewajarnya saja jangan mengunggah hal yang bersifat pribadi.

“Jangan serta merta overposting, kontrol jumlah postinganmu, carilah waktu yang tepat untuk posting,” ucapnya.

Namun, hal yang terpenting yakni preferensi bukan plagiasi. Preferensi atau acuan bukanlah kiblat utama, ciptakan identitas dan karakter yang kuat, karena setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing.

Terakhir narasumber Amalia Permata Rizky dengan materi tentang ‘Cermat Dalam Bersosial Media Dengan Literasi Digital.’

Adapun, dampak minimnya pemahaman bersosial media yaitu:

1. Tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah pada segregasi sosial di ruang digital.

2. Tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital.

3. Tidak mampu membedakan misinformasi, disinformasi dan malinformasi.

“Kemampuan access adalah kunci yang akan menuntun kita pada aktivitas-aktivitas lainnya di ruang digital hal ini berkaitan dengan kemampuan memilih dan memilah informasi, menggunakan perangkat yang legal, dan mengakses sesuai dengan ketentuan,” tutur Amalia.(rilis)

Webinar Literasi Digital Kabupaten Barito Kuala; Lawan Hoax Dengan Literasi Digital

BATOLAKementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar bertema “Lawan Hoax Dengan Literasi Digital” di Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kamis (30/9/2021) pukul 10.00 Wita.

Acara dibuka Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Samuel Abrijani Pangerapan dan Bupati Batola Noormiliyani, ini menampilkan sejumlah pembicara kompeten.

Dipandu oleh moderator Shabrina Anwari, yang menghadirkan narasumber pertama Xenia Angelica Wijayanto dengan materi tentang ‘Etika Digital: Waspada Konten Negatif.’

Xenia mengatakan, digitalisasi itu ternyata bersamaan dengan semakin bebasnya informasi, akses terhadap informasi ini sangat mudah di dapatkan.

“Dan juga sekarang menjadi orang yang sedikit-sedikit handphone ya, menjadi jauh lebih tergantung terhadap gadget, karena saat ini informasi bisa dengan mudah kita dapatkan,” tuturnya.

Sisi negatif Kebebasan informasi yaitu;

1. Banyak informasi beredar banyak konten negatif beredar.

2. Kemajuan teknologi digital dan gawai yang semakin canggih dan mudah digunakan.

3. Kebebasan memperoleh informasi memang menjadi hak dasar manusia. Namun di dalam literasi digital, kebebasan tersebut harus bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan manusia.

Kemudian, perkembangan media sosial yang awalnya untuk mempererat hubungan antar pengguna, lalu mulai bergeser ketika ada pihak-pihak yang memiliki kepentingan ekonomi, politik dan SARA.

“Kepentingan tersebut membuat pesan-pesan di media sosial diwarnai oleh konten negatif, yaitu konsen yang dapat merusak hubungan antara pengguna,” ucapnya.

“Contohnya seperti, kita tidak akan merekam diri kita dalam situasi tidak pantas, karena hal ini akan beresiko tinggi bagi harkat martabat kita. Kita tidak mau melakukan itu karena sadar kita bisa berada dalam kesulitan yang dalam jika rekaman tersebut tersebar dan tidak bisa kita kendalikan,” pungkasnya.

Narasumber kedua Nuriman dengan materi tentang ‘Rekam Jejak Anda di Ruang Digital.’

Nuriman mengatakan, identitas digital adalah semua informasi yang anda masukkan, posting dan bagikan di internet. Membantu membentuk identitas digital anda.

“Di media digital kita bisa bersahabat mungkin dengan siapa saja dan dimana saja, tapi kita harus bisa mempertanggungjawabkan semuanya seperti, apakah itu baik atau tidak,” tuturnya.

Karena menyangkut rekam jejak digital tentu akan menyangkut identitas siapa yang memakai media sosial tersebut.

Maka dari itu dalam Bermedia Digital hendaklah menjadi lebih baik dan lebih kreatif serta berprestasi dan yang utama adalah berakhlak mulia.

selanjutnya, narasumber ketiga Bara Zulfa dengan materi yang tak kalah menarik tentang ‘Peran Penting Literasi Digital untuk Memperkenalkan Budaya Indonesia.’

“Tugas kita harus bangga dengan apa yang kita miliki saat ini, semuanya adalah menanamkan jiwa nasionalisme untuk melestarikan budaya yang telah ada sebelumnya, jangan takut atau malu untuk menggunakan bahasa daerah,” tuturnya.

Bara mengatakan, keanekaragaman di negara ini sudah ada sejak lama. Bhinneka tunggal Ika sebagai interpretasi bahwa Indonesia memiliki budaya beragam suku, agama, bahasa dan etnis. Kekayaan ini tidak bisa dipandang sebelah mata.

“Literasi digital dapat membuat tatanan masyarakat dengan pola pikir serta pandangan yang kritis juga kreatif. Orang-orang ini tidak mudah termakan berita bohong atau isu yang dapat memecah belah bangsa,” tuturnya.

Ada banyak hal yang bisa di lakukan di sosial media termasuk membawa budaya Indonesia ke mancanegara.

“Memanfaatkan media sosial ini bisa menjadi banyak hal positif, kita balik lagi ke budaya lokal dan budaya luar bagaimana caranya teman-teman ketika kita saat ini menjadi generasi muda harapan bangsa dalam pertahankan dan melestarikan budaya kita,” ucapnya.

Bara menambahkan, perlu strategi khusus untuk mempertahankan budaya agar tidak terkikis oleh perkembangan zaman, perlu adanya pemanfaatan teknologi untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke tingkat dunia.

Terakhir narasumber Arya Fitriadi dengan materi tentang ‘Tips dan Trik Jualan Online.’

Arya menuturkan, ada beberapa alasan kenapa kita harus melek berjualan online yaitu, pertama menurut survei asosiasi penyediaan jasa internet di Indonesia ini per tahun 2020 saja itu sudah ada sekitar 196.71 juta jiwa atau sekitar 73,7 persen.

Dari total penduduk yang ada di Indonesia sekitar 266.91 juta jiwa sudah menggunakan internet.

Bahkan ada dari anak-anak sampai kakek nenek sudah menggunakan internet, “tentu saja ini merupakan suatu peluang yang bisa kita manfaatkan untuk menjual suatu produk ataupun dagangan apa saja sekarang lebih luas,”

karena penggunanya di Indonesia tentang perubahan perilaku para pembeli di zaman sekarang maksudnya seperti apa Jadi sudah terjadi pergeseran terutama di masa pandemi seperti ini para pembeli itu yang biasanya ingin membeli sesuatu yang mereka inginkan

“Sebelumnya mereka masih nyaman berbelanja ke toko atau warung, namun sekarang ini mereka ternyata lebih nyaman berbelanja secara online,” tuturnya.(rilis)

Webinar Literasi Digital Kabupaten Banjar; Dampak Positif Bermedia Sosial

BANJARKementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar bertema “Dampak Positif Bermedia Sosial.” di Kabupaten Banjar, Senin (27/9/2021) pukul 14.00 Wita.

Acara dibuka Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan dan Bupati Kabupaten Banjar, H Saidi Mansyur, ini menampilkan sejumlah pembicara kompeten.

Dipandu oleh moderator Shabrina Anwari yang menghadirkan narasumber pertama Martin Anugrah dengan penjelasan tentang “Menjaga dan Mendidik Anak di Era Digital,”

Martin mengatakan ada beberapa kecanduan digital yaitu, tidak bisa lepas dari gadget, social media, game online, online shop, video platform, dan pornografi.

Martin menyebutkan hal yang perlu diperhatikan dalam dunia digital adalah keseimbangan yaitu, Hidup di dunia nyata, hargai kehidupan di sekeliling kita, dan digital seharusnya jadi cerminan kualitas hidup kita.

Narasumber kedua Muhammad Risanta dengan materi tentang “Berita Hoax di Antara Media dan Berita.”

Risanta mengatakan, isu-isu terkini tentang hoax yaitu meliputi, pandemi Corona, efek vaksinasi, PPKM, dan lainnya.

“Hoax adalah pemberitaan palsu atau informasi yang sesungguhnya tidak benar, namun dibuat seolah-olah benar,” tuturnya.

Jenis-jenis informasi hoax yaitu, berita fake news, tautan jebakan atau tautan yang diletakkan secara strategis di dalam suatu situs dengan tujuan untuk menarik orang masuk ke situs lainnya, confirmation biasa yang cenderung untuk menginterpretasikan kejadian yang baru terjadi sebaik bukti dari kepercayaan yang sudah ada.

Elemen berita hoax cenderung menggunakan kalimat persuasif yang memaksa, artikel penuh huruf besar dan tanda seru, terkesan menakut-nakuti atau menyesatkan penerima berita, menghujat seseorang atau golongan, provokatif dan mengadu domba.

Selanjutnya narasumber ketiga Indi Arisa dengan materi yang tak kalah menarik tentang Kecakapan Digital.

“personal branding merupakan pengemasan opini terhadap seorang individu yang diproyeksikan oleh orang lain, yang digunakan untuk membantu karir seseorang dengan memposisikan diri sebagai seorang expert dalam sebuah industri,” tuturnya.

Alasan personal branding itu penting karena memberikan kredibilitas lebih, membuat kita lebih mudah dikenal atau ditemukan orang lain dan membuka lebih banyak kesempatan baru.

“Semakin banyak koneksi yang anda buat, semakin banyak nilai yang dapat anda berikan dalam interaksi anda, maka semakin besar pula kemungkinan personal branding anda akan dikenali,” ucapnya.

Terakhir narasumber Amiruddin menjelaskan tentang ‘Literasi Digital Dalam Menangkal Terorisme, Radikalisme dan Saparatisme.’

Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Total jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa, dan penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen.

“Alasan kenapa kaum milenial mudah terpapar paham radikalisme yaitu karena pemuda milenial memiliki karakter ingin diakui, keinginan kuat untuk merasa dirinya spesial, berharga, bermakna atau menjadi bagian dari suatu kelompok yang spesial, berharga dan bermakna,” tuturnya.

Adapun, radikalisme negatif didefinisikan sebagai suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan dan aksi-aksi yang ekstrem.

Kemudian upaya pencegahan yakni, memperhatikan kredibilitas website, bandingkan dengan ilmu yang telah kita miliki, diskusikan konten yang ditemukan dengan orang sekitar, dan bandingkan dengan laman daring lainnya.(RILIS)

Ikuti webinar Literasi Digital : “Lawan Hoax dengan Literasi Digital”

Salam Literasi!
Halo Sobat Milenial ✋🏻
.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) meluncurkan program Literasi Digital Nasional dengan tema “Gerakan Nasional Literasi Digital 2021”
.
Yuk! Ikuti webinar Literasi Digital bersama Kominfo RI dengan Topik-topik asik dan narasumber yang seru pastinya. Untuk besok, topik pembahasannya: Lawan Hoax dengan Literasi Digital
.
🗣️ KEYNOTE SPEECH Hj. Noormiliyani A.S., S.H – Bupati Batola

🗣️ MODERATOR Shabrina Anwari

🗣️ KEY OPINION LEADER Bara Zulfa, S.I.Kom – News Presenter TVRI, Founder of Wani Wicara & Creative Balai Tekkomdik DIY

🗣️ NARASUMBER:
.
1. Nuriman, S.Sos
■ Guru SMKN 1 Marabahan
.
2. Xenia Angelica Wijayanti, S.H., M.Si
■ Head of Centre for Publication LSPR Communication & Business Institute
.
3. Arya Fitriadi, S.Kom
■ Guru SMKN 1 Marabahan
.
📝 SAVE THE DATE
📅 Kamis, 30 September 2021
⏰ 10.00 WITA / 09.00 WIB – Selesai
📱 Via Zoom Meeting
.
Fasilitas yang didapatkan :
📄 E-Sertifikat
💸 E – money untuk 10 Peserta Terpilih
🤝 Relasi baru
💡 Ilmu bermanfaat

Webinar Literasi Digital Kabupaten Hulu Sungai Tengah; Amankah Kita di Era Digital

HULU SUNGAI TENGAHTeknologi adalah bagian penting dalam kehidupan saat ini. Segala sesuatu menerapkan teknologi untuk memudahkan berbagai aktivitas. Salah satu teknologi yang berkembang sangat pesat sekarang adalah teknologi komunikasi.

Berbagai temuan dan inovasi pada teknologi komunikasi telah membawa manusia ke peradaban baru. Era digital yang sangat modern menjadikan teknologi komunikasi memberikan keuntungan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) bersama Siberkreasi kembali menggelar Webinar Literasi Digital Nasional wilayah Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, pada Selasa (31/8/2021) Pukul 14.00 WITA, secara virtual melalui Zoom Meeting.

Webinar kali ini dipandu moderator Septi Diajeng dan menghadirkan narasumber Sophie Navita, seorang presenter, penyanyi, certified plantbased chef dan juga istri dari musisi kenamaan Pongki Barata, terkait etika digital.

Mengulik penggunan sosial media terdahulu jauh lebih aman dibandingkan saat ini, Sophie mengaku, saat dahulu ia sebagai pengguna medsos Friendster tak pernah mendapati komentar negatif.

“Mungkin dulu orang-orang masih belajar dan engga banyak yang ikut-ikutan, kedua mungkin juga masih punya ‘dunianya’ di dunia luar dari pada dunia online. Orang dulu tak banyak menghabiskan waktunya di dunia yang katanya maya ini,” jelasnya saat webinar.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, dunia berubah dan lebih dipermudah oleh teknologi, namun ada dampaknya pula seperti kolom komentar dimana komentar negatif yang kerap dilontarkan.

“Saya melihat perubahan itu mungkin yang paling dirasakan adalah komentar-komentar negatif, kalau saya boleh jujur ya saya kan nggak seperti anak-anak sekarang ya, yang katakanlah memang sangat aktif untuk upload segala hal,” pungkas Sophie.

Kemudian, dilanjutkan oleh narasumber Farras Ardiana yang membahas kemanan digital terkait fitur Paylater yang dinilai sebagai transaksi berbasis online baru.

Sebelum masuk dalam materi ia menerangkan dari penggunaan Paylater terdapat juga sisi keuntungan dan kerugiaan saat penggunaan Paylater.

Keuntungannya adalah prosesnya lebih cepat lalu tenor bervariasi dan banyak promo menarik. Adapun kerugiannya seperti dapat berpotensi pemborosan lalu penambah utang, pengelolaan keuangan, denda yang berlaku dan menurunnya skor kredit.

“Nah yang menjadi ancamannya adalah ancaman keamanan identitas, seperti modus-modus kejahatan email dapat diretas, lalu pelaku menggunakan akun paylater korban untuk bertransaksi,” terangnya.

Lebih lanjut Farras menjelaskan Telepon, SMS, atau email nyasar meminta kode One Time Password (OTP). Umumnya ada iming-iming hadiah atau undian hadiah palsu, adapun Penipuan via WhatsApp dikirimi link atau tautan palsu atau berbahaya.

Jika meng-kliknya, anda akan diarahkan untuk mengisi data pribadi, termasuk kode PIN ATM, nama ibu kandung, dan data penting lainnya. (RILIS)

Webinar Literasi Kotabaru; Jaga Data Pribadimu di Dunia Digital

KOTABARU – Kementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar bertema ‘Jaga Data Pribadimu di Dunia Digital.’ Selasa (31/8/2021) pukul 14.00 Wita. Acara dibuka Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Samuel Abrijani Pangerapan, dengan menghadirkan pembicara berkompeten.

Dalam diskusi ini dipandu moderator Ronald Andretti, yang menghadirkan narasumber pertama yaitu seorang musisi asal Yogyakarta, Pongki Barata.

Pongki mengatakan, berhati-hati dalam membuat suatu postingan, karena bisa saja itu merupakan plagiat atau mengambil hak cipta seseorang.

“Ayo sama-sama kita mawas diri, dan sadar ini konten orang nih kita hati-hati dulu baru kita upload. Kita bisa menjaga supaya kita tidak mendapatkan masalah di kemudian hari kan itu tujuannya, walaupun saya menggunakan konten orang tetapi saya bisa menjaga untuk saya tidak terlibat masalah di kemudian hari,” tuturnya.

Pongki juga bercerita, ada satu oknum yang menjual produk menggunakan lagu miliknya tanpa menyertakan hak cipta atau watermark.

“Kalau cuman bikin konten sama teman-teman satu kelas atau sama teman-teman di tongkrongan nggak masalah, tetapi kalau sudah melibatkan suatu produk itu bahaya apa lagi tidak menyertakan hak milik pencipta lagunya,” pungkas Pongki.

Selanjutnya narasumber kedua Hafiz Anshari dengan materi tentang kecakapan digital.

Hafiz mengatakan, gaya belajar visual dan auditori, belajar jadi lebih mudah jika ada visualisasi atau penjelasan yang didengar.

“Raditya Dika pernah mengatakan. ‘kalau kamu suka baca, mulailah menulis. kalau kamu suka nonton, mulailah buat video. beranilah menjadi pencipta ketimbang hanya menjadi penikmat.’ itu kata Raditya Dika yang bisa menjadi motivasi bagi kita,” ucapnya.

Narasumber ketiga Novi Andriati Salim dengan materi yang tak kalah menarik tentang Etika Digital ‘Saring Dulu Yuk Sebelum Sharing.’

Novi mengatakan, menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) hoaks atau hoax adalah berita bohong atau berita tidak bersumber. hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.

Adapun ciri-ciri berita hoax yaitu:

1. Mengandung ujaran kebencian.

2. Berita yang disampaikan terkesan tidak netral.

3. Judul dan pengantarnya provokatif.

4. Menampilkan foto yang tidak sesuai atau dimanipulasi.

5. Informasi berasal dari media atau sumber yang tidak kredibel.

Novi menambahkan, yang perlu diperhatikan dalam menghadapi berita hoax yakni:

1. Upaya untuk membaca berita atau artikel, juga menonton video sampai selesai. Baru kemudian menganalisa apakah berita tersebut mengandung ciri-ciri hoax atau tidak.

2. Alamat url situs web yang dituju mencurigakan, atau tidak terkenal, ada indikasi bahwa berita tersebut adalah hoax.

3. Sering sekali isinya bisa dikutip dari media resmi, yang kemudian diubah-ubah. Supaya menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki dari pembuat berita hoax.

Terakhir narasumber Risa Dwi Ayuni dengan materi tentang Implikasi Budaya Digital.

“Budaya digital adalah hasil peradaban berbagai teknologi internet yang menjadi kebiasaan, norma, dan cara hidup masyarakat. Budaya digital diproduksi, disebarkan, dikonsumsi oleh pengguna dalam jaringan internet,” tutur Risa.

Risa mengatakan, dalam budaya digital kita juga perlu melindungi diri kita agar terhindar dari kejahatan digital yakni dengan:

1. Budaya adalah suatu realita, bukan perihal baik atau buruk. Untuk itu perlu menyaring Budaya apa saja yang memberikan inspirasi positif.

2. Tetap melindungi data pribadi dengan tidak mengekspos informasi penting di media sosial.

3. Mempelajari UU ITE dan etika digital agar mengetahui batasan dalam penggunaan teknologi dan internet. (RILIS)

Webinar Literasi Digital Barito Kuala; Cegah Fenomena Internet Addiction

BARITO KUALA – Perkembangan dunia digital saat ini mampu memberikan banyak dampak pada diri seseorang, rekam jejak digital adalah salah  yang tak bisa kita hindari. Adalah sebuah keharusan bagi seseorang untuk meninggalkan rekam jejak digital yang positif agar tidak berdampak buruk untuk di kemudian hari.

Kementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar bertema ‘Hadapi Ruang Digital dengan Literasi yang Tepat’, Selasa (31/8/2021) pukul 10.00 Wita. Acara yang dibuka oleh Bupati Barito Kuala, Hj. Noormiliyani A.S., S.H ini menampilkan sejumlah pembicara kompeten.

Dalam diskusi ini dipandu oleh moderator Shabrina Anwari, yang menghadirkan narasumber pertama yaitu Morgan Oey yang menyampaikan materi “Etika Digital”.

“Saya berharap generasi milenial ini kedepannya membuat konten-konten yang bermanfaat untuk orang lain, tinggalkan konten-konten yang hanya bersifat viral namun tidak mendidik” Ujar pemeran Zhong Wen dalam film Assalamualaikum Beijing ini.

“Semoga kedepannya netizen Indonesia bisa menjadi netizen yang budiman, dan tau batasan-batasan dalam berkomentar. Menghindari bahasa yang kurang sopan dalam berkomentar” tambahnya.

Kemudian ada materi dari nara sumber kedua, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Anjir Pasar,  Murjani, S.Pd., M.M yang menyampaikan materi tentang “Menjaga Keamanan Digital Anak di Dunia Maya”.

“Orang tua harusnya tetap membuat suasana yang menyenangkan saat anak melakukan pembelajaran jangan sampai termakan berita hoax kepada anak” ucap Murjani.

Kemudian ada materi menarik dari nara sumber ketiga yaitu Eunike Fersa, S.I.Kom sekaligus Key Opinion Leader yang menyampaikan materi tentang “Internet Addiction”.

Eunike menyampaikan internet tidak hanya digunakan untuk sosial media namun juga digunakan untuk aplikasi lari, mendengarkan musik, nonton, pesan makanan online, kuliah online.

Apa itu fenomena internet addiction?

Eunike yang seoarang ‘enterprenuer’ ini menyampaikan beberapa poin mengenai seseorang yang telah mengalami fenomena ketagihan internet ata internet addiction, yaitu:

1.Lupa dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat daripada bermedia sosial, contohnya pola tidur yang tidak teratur dan lupa makan.

2.Memiliki rasa resah dan gelisah ketika sedang tidak menggunakan media sosial.

3.Muncul perasaan hampa dan bingung ketika tidak sedang online di media sosial.

Bagaimana mencegah internet addiction?

Poin-poin yang disampaikan Eunike agar mencegah diri dari internet addiction, yaitu:

1.Miliki hobi di dunia nyata

2.Lakukan detoks internet secara berkala

3.Perbanyak interaksi langsung dengan orang-orang di sekitar

4.Banyklah membaca literatur mengenai dampak negatif penggunaan internet berlebih

5.Carilah hiburan di dunia nyata

6.Sediakan waktu untuk family time atau bertemu orang terdekat

Terakhir, ada materi dari seorang guru SMA Negeri 1 Anjir Pasar, Herman Pelani, M.Pd yang menyampaikan tentang “Tips Menjadi Sultan di Era Digital”.

“Dalam arti aslinya, sultan merupakan sebutan untuk baginda atau raja. Namun saat ini sebutan sultan ditujukan oleh orang yang memiliki kehidupan mewah atau bisa juga berpura-pura hidup mewah” ujar Herman.

Kategori pekerjaan sultan di era digital salah satunya ‘pay per click’ atau iklan internet ke sebuah situs, online shop, afiliasi berbayar, dan trading.

Apa saja ide kreatif konten youtube tanpa memperlihatkan wajah?

Membuat konten youtube tidak hanya selalu memperlihatkan wajah kita, namun kita juga dapat membuat konten tanpa memperlihatkan wajah kita seperti konten memasak, tutorial aplikasi, bermain game, membuat origami, animasi, musik instrumental, dan seni tulisan tangan.(RILIS)

Webinar Literasi Tanah Bumbu; Sisi Positif Sosial Media dengan Literasi

TANAH BUMBU Kementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar bertema ‘Sisi Positif dari Sosial Media dengan Literasi,’ Senin (30/8/2021) pukul 10.00 Wita. Acara dibuka Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Samuel Abrijani Pangerapan dan Bupati Tanah Bumbu M Zairullah Azhar, dengan menghadirkan pembicara berkompeten.

Diskusi ini dipandu moderator Aulia Mawardika, yang menghadirkan narasumber pertama yaitu, Ndoro Kakung dengan materi ‘Jempolmu Harimaumu, Jaga Jejak Digitalmu.’

Ia mengatakan, setiap orang mempunyai sudut pandang berbeda dalam melihat informasi, karena pengaruh pengalaman, budaya, pendidikan, dan tingkat melek digital.

Dan begitu diposting komentarmu, tulisanmu, kontenmu akan tersimpan sepanjang masa di internet, meskipun dirimu telah tiada. Jejak digitalmu nyaris mustahil dihapus.

“Satu-satunya cara menjaga jejak digital adalah mengendalikan jempol dan jari-jarimu,” tutur Ndoro Kakung.

Selanjutnya narasumber kedua Aries Eko Wibowo dengan materi tentang ‘Digital Skills In Action: Sukses Belajar Online dengan Kemampuan Literasi Digital.’

Aries menjelaskan, literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lainnya.

“Di era digital ini sangat diperlukan pembelajaran yang variatif. Dengan tatap maya, guru dan siswa, mahasiswa dan dosen, semua harus bisa memanfaatkan cara belajar di mana saja dan kapan saja,” tuturnya.

Aries menambahkan, agar pembelajaran online dapat dilakukan secara efektif dan sukses yakni dengan;

  1. Kelola waktu dengan baik.
  2. Carilah tempat nyaman.
  3. Siapkan perangkat yang dibutuhkan.
  4. Komunikasi dengan guru dan teman belajar.
  5. Jaga kebersihan.

Narasumber ketiga Marsha Risdasari dengan materi tentang ‘Memahami Batasan Dalam Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital.’

Marsha mengatakan, Batasan dalam berekspresi di dunia digital yang bisa dilakukan demi kebebasan berekspresi di internet yaitu;

  1. Hati-hati bermedsos.
  2. Lindungi identitas.
  3. Edukasi masyarakat.
  4. Hapus akun-akun nyinyir.

“Secara tidak langsung dengan adanya kebebasan berekspresi di ruang digital ini mendorong netizen untuk memanfaatkan hal tersebut menjadi sebuah konten yang bisa membuahkan keuntungan secara komersil,” tuturnya.

Terakhir disampaikan narasumber Wagiati dengan materi tentang ‘Literasi Digital Bagi Tenaga Pendidik dan Anak Didik di Era Digital.’

“Literasi Digital ialah kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi,” ucap Wagiati.

Manfaat literasi digital yaitu, menghemat waktu, lebih hemat biaya, belajar lebih cepat dan efisien, memperoleh informasi terkini dengan cepat, ramah lingkungan, memperkaya keterampilan, memperluas jaringan, dan membuat keputusan yang lebih baik. (RILIS)

Webinar Literasi Digital Banjar; Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital

BANJAR – Kebebasan berekspresi di dunia digital merupakan hak setiap individu dalam sebuah negara hukum yang demokratis. Namun dalam setiap aktivitas di dunia digital, tetap diperlukan adanya batasan dan sikap berhati-hati supaya bisa lebih bermanfaat. 

Setiap individu harus memahami berbagai hal agar bisa lebih positif berekspresi di dunia digital. Beberapa di antaranya seperti mendukung semua bentuk kemajuan, selalu membuat dan menyebarkan konten-konten yang menyatukan, serta tidak perlu mendistribusikan konten negatif.

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) bersama Siberkreasi kembali menggelar Webinar Literasi Digital Nasional wilayah Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan, dengan topik – topik asik dan narasumber yang seru, Senin (30/8/2021) pukul 14.00 secara virtual melalui zoom meeting.

Webinar kali ini dipandu moderator Ronald Andretti yang menghadirkan narasumber pertama Romy Rafael, seorang master of hypnotist, yang menunjukan dan menghibur peserta webinar dengan mengajak melakukan beberapa trik keahliannya.

Romy meminta para peserta webinar untuk mengikuti beberapa trik keahlian yang bertujuan untuk melihat keahlian para peserta.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya literasi digital, bahkan di era pandemi saat ini, “Karena dengan sesuatu yang simpel saja seperti memahami literasi digital tentunya Anda lebih peka terhadap sektor-sektor atau faktor luar yang akan memanipulasi anda,” ucapnya.

Dilanjutkan kembali oleh narasumber terakhir, Dewi Oktavia Fitriani (Jurnalis) menjelaskan terkait Etika Digital yaitu Etika Menghargai Karya atau Konten Orang Lain di Media.

“Kata menghargai sebenarnya sudah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana cara kita menghargai pendapat orang lain, cara kita menghargai hal yang sudah diperoleh seseorang dan seharusnya, kata menghargai lebih dikembangkan lagi pada saat menggunakan jejaring sosial,” jelas Dewi.

Pasalnya penggunaan media sosial telah menjadi sebagian besar masyarakat Indonesia, selain itu media sosial saat ini telah dijadikan sebagai tempat untuk saling mendapatkan dan menyebarkan informasi.

Namun, yang sering disalahartikan disini adalah bebas bukan berarti tanpa etika. Alangkah baiknya perlu diperhatikan pada saat menggunakan jejaring sosial.

“Contohnya saja salah satu permasalahan yang sering dikeluhkan oleh para content creator adalah rendahnya apresiasi dari masyarakat yang menikmati karya mereka. Mulai dari pembajakan, cacian hingga stigma negatif dari masyarakat yang kerap mereka dapatkan,” beber Dewi.

ebih lanjut Dewi mengatakan bahwa dibalik pembuatan konten, masyarakat tak tahu bagaimana proses pembuatannya. “Bisa saja dalam pembuatan kontennya mereka sedang menerjang hujan atau kemacetan, ditambah lagi kondisi mereka yang tidak fit misalnya belum lagi tiap hari mereka memikirkan bikin conten apalagi besok. Mereka banyak yang dipikir kasian kalo hasil karya mereka selalu di kritik,” ucapnya pada saat webinar di sore hari.

Menurutnya kritik tanpa saran tak membuat seseorang dapat berubah, pasalnya dapat membuat seseorang sakit hati atau merendah dan bahkan berujung putus asa.

Ada baiknya kritik disertai juga dengan saran agar seimbang, dan bahkan lebih terdengar baik dan sopan. Tentunya hal ini dapat menghargai setiap hasil karya yang telah mereka buat. (RILIS)

Exit mobile version