3 Desember 2024

LPPL Radio Abdi Persada 104,7 FM

Bergerak Untuk Banua

Webinar Literasi Digital Banjar; Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital

2 min read

BANJAR – Kebebasan berekspresi di dunia digital merupakan hak setiap individu dalam sebuah negara hukum yang demokratis. Namun dalam setiap aktivitas di dunia digital, tetap diperlukan adanya batasan dan sikap berhati-hati supaya bisa lebih bermanfaat. 

Setiap individu harus memahami berbagai hal agar bisa lebih positif berekspresi di dunia digital. Beberapa di antaranya seperti mendukung semua bentuk kemajuan, selalu membuat dan menyebarkan konten-konten yang menyatukan, serta tidak perlu mendistribusikan konten negatif.

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) bersama Siberkreasi kembali menggelar Webinar Literasi Digital Nasional wilayah Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan, dengan topik – topik asik dan narasumber yang seru, Senin (30/8/2021) pukul 14.00 secara virtual melalui zoom meeting.

Webinar kali ini dipandu moderator Ronald Andretti yang menghadirkan narasumber pertama Romy Rafael, seorang master of hypnotist, yang menunjukan dan menghibur peserta webinar dengan mengajak melakukan beberapa trik keahliannya.

Romy meminta para peserta webinar untuk mengikuti beberapa trik keahlian yang bertujuan untuk melihat keahlian para peserta.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya literasi digital, bahkan di era pandemi saat ini, “Karena dengan sesuatu yang simpel saja seperti memahami literasi digital tentunya Anda lebih peka terhadap sektor-sektor atau faktor luar yang akan memanipulasi anda,” ucapnya.

Dilanjutkan kembali oleh narasumber terakhir, Dewi Oktavia Fitriani (Jurnalis) menjelaskan terkait Etika Digital yaitu Etika Menghargai Karya atau Konten Orang Lain di Media.

“Kata menghargai sebenarnya sudah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana cara kita menghargai pendapat orang lain, cara kita menghargai hal yang sudah diperoleh seseorang dan seharusnya, kata menghargai lebih dikembangkan lagi pada saat menggunakan jejaring sosial,” jelas Dewi.

Pasalnya penggunaan media sosial telah menjadi sebagian besar masyarakat Indonesia, selain itu media sosial saat ini telah dijadikan sebagai tempat untuk saling mendapatkan dan menyebarkan informasi.

Namun, yang sering disalahartikan disini adalah bebas bukan berarti tanpa etika. Alangkah baiknya perlu diperhatikan pada saat menggunakan jejaring sosial.

“Contohnya saja salah satu permasalahan yang sering dikeluhkan oleh para content creator adalah rendahnya apresiasi dari masyarakat yang menikmati karya mereka. Mulai dari pembajakan, cacian hingga stigma negatif dari masyarakat yang kerap mereka dapatkan,” beber Dewi.

ebih lanjut Dewi mengatakan bahwa dibalik pembuatan konten, masyarakat tak tahu bagaimana proses pembuatannya. “Bisa saja dalam pembuatan kontennya mereka sedang menerjang hujan atau kemacetan, ditambah lagi kondisi mereka yang tidak fit misalnya belum lagi tiap hari mereka memikirkan bikin conten apalagi besok. Mereka banyak yang dipikir kasian kalo hasil karya mereka selalu di kritik,” ucapnya pada saat webinar di sore hari.

Menurutnya kritik tanpa saran tak membuat seseorang dapat berubah, pasalnya dapat membuat seseorang sakit hati atau merendah dan bahkan berujung putus asa.

Ada baiknya kritik disertai juga dengan saran agar seimbang, dan bahkan lebih terdengar baik dan sopan. Tentunya hal ini dapat menghargai setiap hasil karya yang telah mereka buat. (RILIS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Abdi Persada | Newsphere by AF themes.