PPRSAR Mulia Satria, Bantu Anak Penuhi Identitas Diri dan Bekali Keterampilan Hidup
Kepala PPRSAR Mulia Satria provinsi Kalimantan Selatan, Sacik Kartikowati.
BANJARBARU – Panti Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Remaja (PPRSAR) Mulia Satria Provinsi Kalimantan Selatan, terus memperkuat upaya perlindungan dan pemberdayaan anak melalui berbagai program pembinaan komprehensif.
Selain memastikan pemenuhan kebutuhan dasar, panti ini juga aktif membantu klien anak untuk memperoleh identitas diri sebagai hak dasar yang wajib dipenuhi.
Kepala PPRSAR Mulia Satria, Sacik Kartikowati mengungkapkan, bahwa pihaknya secara berkelanjutan melakukan penelusuran keluarga dan program reunifikasi bagi anak-anak yang sebelumnya tidak memiliki dokumen kependudukan, atau terpisah dari keluarganya.
“Kami membantu klien anak untuk mendapatkan dokumen identitas seperti akta kelahiran dan Kartu Identitas Anak, karena itu menjadi dasar bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan, mendapatkan layanan kesehatan, dan hak-hak sosial lainnya,” ujar Sacik di Banjarbaru, Rabu (22/10).

Selain membantu administrasi kependudukan, lanjut Sacik, pihaknya juga memberikan pendampingan psikososial, berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) serta Dinas Sosial kabupaten/kota.
“Langkah ini sekaligus menjadi pintu awal bagi proses reunifikasi anak dengan keluarganya, agar mereka bisa kembali tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang aman dan penuh kasih sayang,” tambahnya.
Sacik menegaskan, PPRSAR Mulia Satria tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik anak, tetapi juga mengedepankan aspek emosional dan sosial agar mereka dapat kembali ke masyarakat dengan lebih percaya diri dan mandiri.
Selain itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, PPRSAR Mulia Satria juga memberikan bimbingan belajar tambahan, bagi para klien di luar pendidikan formal yang mereka jalani di sekolah.
“Anak-anak di sini tidak hanya kami berikan fasilitas sekolah formal, tetapi juga bimbingan tambahan agar mereka mampu bersaing secara akademik ketika kembali ke lingkungan masyarakat,” jelas Sacik.
Bimbingan tersebut mencakup berbagai pelajaran seperti matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia, serta pembinaan agama dan sosial.
Para anak juga dibekali dengan keterampilan praktis seperti komputer, bengkel, menjahit, dan memasak untuk memperkuat kesiapan mereka menghadapi kehidupan mandiri.
“Bimbingan agama dan sosial menjadi penting, karena kami ingin mereka tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kuat secara mental dan spiritual. Ini bekal untuk masa depan mereka,” tutup Sacik.(SYA/RIW/EYN)
