14 Juni 2025

BKOM Kalsel Gelar Bimtek Pengelola Kesehatan Olahraga

2 min read

Suasana bimtek BKOM di salah satu hotel berbintang kota Banjarbaru

BANJARBARU – Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi pengelola kesehatan olahraga di kabupaten/kota se-Kalsel.

Seorang peserta menanyakan terkait mekanisme pengukuran kebugaran calon jamaah haji

Kegiatan yang berlangsung pada 19-20 Februari 2025 di salah satu hotel berbintang di Banjarbaru ini mengusung tema “Bekerja Bersama Wujudkan Jemaah Haji Kalimantan Selatan Segar (Sehat dan Bugar) Menuju Zero Angka Kematian”.

Kepala BKOM Kalsel, Susi Hermina, menjelaskan, bimtek ini diikuti oleh perwakilan petugas pengelola kesehatan jamaah haji dari 13 kabupaten/kota di Kalsel. Setiap daerah mengirimkan dua orang perwakilan yang akan dibekali sistem baru dalam pengukuran kebugaran calon jamaah haji.

Kepala BKOM Kalsel Susi Hermina (dua kiri) menyerahkan hadiah kepada peserta aktif

“Harapannya, petugas ini bisa melakukan pengukuran kebugaran dengan sistem yang baru. Saat ini, nilai istitha’ah (kemampuan fisik) menjadi penentu apakah calon jamaah bisa berangkat atau tidak. Setelah mendapatkan nilai istitha’ah, baru bisa melakukan pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH),” jelas Susi Hermina, Rabu (19/2).

Bimtek ini merupakan tindak lanjut dari rapat koordinasi yang telah digelar sebelumnya. BKOM Kalsel menargetkan nol angka kematian jamaah haji pada tahun 2030 dan menekan angka kesakitan selama pelaksanaan ibadah haji.

“Kita ingin jamaah haji asal Kalimantan Selatan dalam kondisi sehat dan bugar. Oleh karena itu, kita menyiapkan petugas yang mampu melakukan pengukuran kebugaran dengan baik,” tambahnya.

Dalam bimtek ini, peserta diberikan materi mengenai prosedur pengukuran kebugaran jamaah haji. Pengukuran dilakukan dengan membagi jamaah ke dalam dua klaster berdasarkan usia.

Klaster usia 60 tahun ke atas diharuskan melakukan lari kecil atau jalan cepat selama enam menit untuk mengetahui jarak yang mampu ditempuh. Sementara itu, klaster usia di bawah 60 tahun harus melakukan lari sejauh 1.600 meter untuk menilai tingkat kebugaran.

Data yang diperoleh dari pengukuran ini seperti berat badan, tinggi badan, tekanan darah, lingkar pinggang, serta jarak dan waktu tempuh, akan dimasukkan ke dalam sistem perhitungan untuk menentukan tingkat kebugaran jamaah.

Jika ditemukan kondisi kurang bugar, maka akan dilakukan intervensi sejak enam bulan sebelum keberangkatan.

“Petugas di kabupaten/kota diharapkan mulai melakukan pengukuran kebugaran sejak enam bulan sebelum keberangkatan. Setelah itu, harus dilakukan pemantauan secara berkala melalui grup WhatsApp atau metode lainnya agar jamaah tetap rutin berolahraga minimal 30 menit per hari,” ujarnya.

Selain jamaah haji reguler, Susi Hermina juga menyoroti pentingnya pengukuran kebugaran bagi jamaah haji plus dan umrah.

“Haji plus saja belum diwajibkan melakukan pengukuran kebugaran, padahal mereka juga membutuhkan kesiapan fisik. Begitu juga dengan jamaah umrah yang selama ini tidak melalui prosedur kesehatan seperti jamaah haji reguler,” katanya.

BKOM Kalsel telah berupaya berkoordinasi dengan agen perjalanan untuk menerapkan pemeriksaan kebugaran bagi jamaah umrah. Biaya pemeriksaan ini juga tergolong terjangkau, yakni hanya Rp105.000 per orang sesuai Perda Tarif yang berlaku.

“Jika kebugaran jamaah diketahui sejak awal, maka agen travel juga tidak perlu khawatir. Jika ada jamaah yang perlu pendampingan khusus, hal ini bisa dipersiapkan lebih awal agar tidak menjadi kendala selama pelaksanaan ibadah,” pungkasnya. (SYA/RDM/RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Abdi Persada | Newsphere by AF themes.