Diperkirakan Hujan Dua Hari Berturut – Turut, Kabupaten Kota di Kalsel Diminta Waspada Bencana Banjir
2 min readBANJARBARU – Memasuki pergantian musim penghujan ke musim kemarau, BMKG Stasiun Klimatologi Banjarbaru menggelar press release prakiraan musim kemarau tahun 2022 Kalimantan Selatan, melalui Zoom Meeting pada Selasa (19/4), yang diikuti ratusan peserta yang berasal dari instansi-instansi lingkup Provinsi Kalsel dan Kabupaten-Kota. Dalam Zoom Meeting tersebut, BMKG Stasiun Klimatologi Banjarbaru menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten dibidangnya masing – masing.
Salah satu Narasumber yang dihadirkan yakni prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor Bayu Kencana Putra, dan prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor – Rizka Novita.
Saat menjadi Pemateri pada Zoom Meeting, Bayu Kencana Putera menyampaikan bahwa pada hari Selasa (19/4), potensi hujan cukup deras mencakup seluruh kabupaten-kota di Kalsel. Sehingga pihaknya mengeluarkan maklumat kewaspadaan potensi dampak bencana banjir untuk seluruh wilayah kabupaten-kota di Kalsel.
“Potensi curah hujan ini diperkirakan akan berlangsung hingga Rabu 20 April 2022 khususnya untuk wilayah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar,” ungkap Bayu.
Dilanjutkan Bayu, usai terjadi potensi hujan pada Selasa (19/4), maka prakiraan berbasis dampak hujan pada Rabu (20/4) akan berdampak pada sejumlah Kabupaten-Kota di Kalsel. Yakni Kabupaten Banjar, Kota Banjarbaru, Kabupaten HSU, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten HSS, Kabupaten HST, dan Kabupaten Tapin.
“Rabu (20/4) sudah mulai berkurang wilayah waspada prakiraan berbasis dampak, namun masih signifikan untuk wilayah Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin,” tutup Bayu.
Sementara itu, Narasumber lainnya, Rizka Novita menyampaikan, masyarakat dan para peserta Zoom Meeting harus dapat mengetahui 5 Faktor pengendali iklim. Adapun faktor-faktor yang menjadi pengendali iklim yakni anomali suhu permukaan laut lebih panas dari rata-rata dan kebalikannya, indikator fenomena lautan atmosfir, sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap lebih dari 6 bulan sekali, daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi berubah, serta adanya perubahan suhu permukaan laut.
“Lima fakto Pengendali Iklim yakni 1 El Nino Southem Oscillation (ENSO), 2 Indian Ocean Dipole (IOD), 3 Sirkulasi Monsun Asia-Australia, 4 Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan Suhu permukaan laut di wilayah Indonesia,” tutup Riska Novita. (MRF/RIW/RH)