Harga Elpiji Bersubsidi Melambung Tinggi Hingga Rp40 Ribu
3 min readBANJARBARU – Sudah dua pekan terakhir harga tabung gas elpiji tiga kilogram di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru tembus di kisaran Rp35 ribu – Rp40 ribu karena dianggap mengalami kelangkaan.
Tentu, fenomena ini membuat para warga yang mayoritas sudah beralih dari minyak tanah ke gas melon merasa gelisah. Bahkan, kartu kendali di Banjarbaru dikabarkan belum juga ampuh dalam menanggulangi permasalahan tersebut.
Terlebih, karena dianggap langka, secara drastis harga pertabungnya pun melambung naik hingga dua kali lipat ditingkat pengecer.
Warga Kota Banjarbaru, Endy, misalnya, hingga kini dirinya sudah lebih dari dua kali membeli tabung gas elpiji tiga kilogram di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni dikisaran Rp40 ribu. Padahal, gas melon ini merupakan program subsidi oleh pemerintah untuk warga berpenghasilan rendah.
“Terutama lepas dari kartu kendali ataupun jatah dari agen, kadang-kadang para pengguna ini harus membeli saat stok gas elpijinya habis. Namun, masalahnya diakui kebetulan dari pemasok resmi juga tidak ada lagi stok barangnya. Sehingga mau tak mau harus membeli di pengecer atau pedagang warung,” ujarnya baru-baru tadi.
Sebelumnya, ia menceritakan kelangkaan elpiji bersubsidi juga sempat terjadi pada Maret 2021 lalu. Parahnya lagi, dia pernah mendapati tabung gas melon dengan kisaran harga Rp50 ribu – Rp60 ribu yang di dapatkan melalui pengecer bukan agen resmi dari Pertamina.
“Sudah kesekian kalinya hal ini terjadi, bisa dibilang tak terkendali. Awalnya dari Rp20 ribu, merakak naik jadi Rp30 ribu – Rp35 ribu yang sampai sekarang saya mendapati lagi dengan kisaran di angka Rp40 ribu. Kami yang kini menggunakan tabung gas 3 kg ya dibuat susah jadinya,” cetusnya.
Oleh sebab itu, dia berharap, masalah ini dapat segera diatasi oleh pemerintah bersama dengan stakeholder terkait, supaya tidak menjadi alasan klasik lagi dalam susahnya mendapatkan tabung gas elpiji tiga kilogram hingga menjadi kesempatan bagi pengecer untuk menaikkan harga.
“Kalau kita liat baik di warung ataupun di toko selama ini angkanya sudah sangat tinggi. Nah, sepertinya ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah kota untuk bisa mengkondisikan melonjaknya harga tabung tiga kilogram tersebut,” imbuh Endy yang juga seorang penjual pentol goreng keliling itu.
Hal senada juga disampaikan warga Kelurahan Gambut, Kabupaten Banjar, Sarkoni. Menurutnya, setiap kali tabung gas di rumahnya habis, kelangkaan masih menjadi alasan klasik bagi para pedagang atau pengecer. Alhasil, harganya pun ikut terdampak, tanpa memperhatikan lagi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang di tentukan pemerintah selama ini.
“Biasanya kalau di agen itu sekarang standartnya sekitar Rp17.500 kan. Kalau biasa dieceran dari pedagang biasa paling ada yang Rp23 ribu hingga Rp25 ribu. Tetapi, dalam dua minggu terakhir ini tiba-tiba harganya mendadak naik jadi Rp35 ribu, tentu saya sangat terkejut sebagai warga yang penghasilannya rendah,” ungkapnya.
Dirinya mengungkapkan, kebutuhan tabung gas bersubsidi sekarang ini diakui masih menjadi keperluan utama kalangan masyarakat ke bawah. Sehingga, ia menghendaki, kebijakan pemerintah dalam mengambil sikap untuk menindak tegas terhadap kenaikan yang tidak wajar itu bisa terpantau keberadaannya.
“Yang jelas, Pemkab Banjar dibidangnya sangat berperan sekali dalam hal ini. Oleh karenanya, kami memohon sebagai pengguna tabung gas 3 kg setidaknya ketersedian stok itu selalu terpenuhi dan tidak mengalami kelangkaan. Sehingga, tidak membuat kami kesusahan dalam mendapatkan barang tersebut,” pungkasnya. (RHS/RDM/RH)