Museum Lambung Mangkurat Angkat Nilai Filologi, Lewat Sosialisasi Naskah Kuno
 
        BANJARBARU – Museum Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan, terus memperkuat perannya sebagai pusat edukasi dan pelestarian budaya daerah.
Melalui kegiatan Sosialisasi Museum dan Penyebarluasan Informasi Koleksi bertema “Naskah Sebagai Sumber Pengetahuan dan Identitas Budaya”, museum berupaya mengenalkan nilai-nilai pengetahuan yang terkandung dalam naskah kuno Kalimantan Selatan.

Kegiatan berlangsung di Auditorium Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Rabu (29/10), dengan mengundang Dinas Perpustakaan dan Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru, serta para pustakawan dan pengelola perpustakaan sekolah tingkat SMP dan SMA di Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar.
Pamong Budaya Museum Lambung Mangkurat, Darmanto menjelaskan, bahwa sosialisasi ini merupakan bagian dari dua rangkaian kegiatan yang saling melengkapi. Sebelumnya di hari yang sama, museum menggelar Pameran Temporer ke-3 dengan menampilkan naskah klasik sebagai material budaya.
Sedangkan melalui sosialisasi ini, museum ingin mengangkat sisi nonfisik atau intangible dari koleksi tersebut, yakni pengetahuan dan nilai-nilai budaya yang tersimpan di dalamnya.

“Hari ini kita menyampaikan apa saja kekayaan intelektual Kalimantan Selatan yang terungkap atau yang tersimpan dalam naskah-naskah yang kita miliki di Museum Lambung Mangkurat,” ujarnya.
Ia menambahkan, kegiatan ini juga bertujuan mengenalkan kepada masyarakat, bahwa museum memiliki koleksi budaya yang kaya dan terbuka untuk dikaji lebih dalam, khususnya di bidang filologi.
Tema ini dipilih karena selama berdirinya museum, belum pernah ada kegiatan yang secara khusus menyoroti naskah dan kitab klasik secara menyeluruh.
“Filologi ini sesuatu yang menarik dan belum pernah dipamerkan atau disosialisasikan secara utuh. Baru kali ini museum menggarap koleksi naskah beserta pameran dan sosialisasinya,” ungkapnya.
Museum Lambung Mangkurat sendiri memiliki 147 koleksi naskah dan kitab klasik Kalimantan Selatan. Koleksi tersebut meliputi tulisan tangan dalam bentuk buku maupun cetakan lama, yang membahas berbagai aspek, mulai dari sejarah, agama, hingga hal-hal mistis seperti mantra.
“Koleksi ini menjadi salah satu masterpiece museum yang menggambarkan kekayaan intelektual masyarakat Banua di masa lalu,” pungkasnya. (SYA/RIW/RH)

 
                         
                 
                