Jelang Peringatan Wafatnya Pangeran Antasari ke-162, Pemprov Kalsel Gelar Rakor
2 min readBANJARMASIN – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan melalui Dinas Sosial (Dinsos) menggelar rapat koordinasi persiapan Peringatan Wafat Pangeran Antasari ke-162.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial Provinsi Kalsel Muhammadun melalui Kepala Seksi Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Bidang Pemberdayaan Sosial, Yahya mengatakan bahwa Peringatan Wafat Pangeran Antasari ke-162 ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun.
“Peringatan Wafatnya Pangeran Antasari itu akan dilaksanakan pada 11 Oktober 2024,” jelasnya, Selasa (1/10).
Yahya menjelaskan rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh perwakilan berbagai instansi terkait untuk membicarakan tentang pembagian tugas, baik dari SKPD lingkup Pemprov Kalsel, Pemko Banjarmasin, Polda Kalsel, Korem 101 Antasari, Lanal Banjarmasin, Lanud Syamsudin Noor serta LVRI Kalsel.
“Biro Adpim menyiapkan pembuatan dan pendistribusian undangan, pembuatan spanduk dan pemasangan spanduk dan dokumentasi. Diskominfo Kalsel menyiapkan publikasi, dokumentasi serta pemberitaan,” terangnya.
Sedangkan Polda Kalsel, Korem 101 Antasari, Lanal Banjarmasin dan Lanud Syamsudin Noor mengerahkan pasukan sebagai peserta upacara, sekaligus mengkoordinasikan keamanan dan penutupan jalan saat kegiatan berlangsung yang dibantu oleh Dinas Perhubungan Kalsel, Satpol PP dan Damkar Kalsel, serta Polsek Banjarmasin Utara.
“Untuk Pemko Banjarmasin dalam hal ini Kecamatan Banjarmasin Utara dan Kelurahan Surgi Mufti mengkoordinasikan pembersihan lingkungan makam pahlawan Nasional Pangeran Antasari sebagai tempat upacara ziarah,” ucapnya.
Yahya menambahkan, upacara Peringatan Wafatnya Pangeran Antasari ke 162 juga dihadiri para pelajar yang dikoordinir oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel.
Ia juga memastikan bahwa Gubernur Kalsel Sahbirin Noor akan berhadir pada ziarah rombongan tersebut serta akan ada pemberian bantuan tali asih kepada keluarga pahlawan.
Peringatan wafat Pangeran Antasari diharapkan tidak hanya menjadi momen penghormatan, tetapi juga sarana untuk mempererat hubungan sosial dan budaya, serta menumbuhkan rasa bangga akan warisan sejarah Kalimantan Selatan. (NRH/RDM/RH)