Museum Wasaka Kalsel Gelar Seminar Dengan Kalangan Millenial
2 min read
Para Narasumber yang juga penulis buku tentang Lontara Pagatan dan Tombak Banjar, saat memaparkan kepada peserta seminar
BANJARMASIN – Museum Wasaka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, menggelar Seminar Kajian Museum, bertempat di halaman Museum Wasaka Jalan Kampung Kenanga Kelurahan Sungai Jingah Kecamatan Banjarmasin Utara, pada Jumat (6/10)

Kepada Abdi Persada FM, Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman Disdikbud Kalsel, Arry Risfansyah, pada Jumat (6/10) mengatakan, guna meningkatkan pengetahuan kepada generasi Millenial, pihaknya menggelar Seminar Kajian Museum membedah dua buah buku, berjudul “Lontara Pagatan, Analisa dan Tafsir Sejarah Naskah Buku Harian Bugis Pagatan, yang bertujuan dapat memberikan penjelasan historis mengenai aset khasanah pengetahuan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Naskah digambarkan kebudayaan, sejarah, dan cara hidup masyarakat Bugis di wilayah Pagatan pada masa lalu. Sedangkan buku tentang Tombak Banjar, Jejak Sejarah Senjata Tradisional di Kalimantan Selatan, menjelaskan historis mengenai senjata Tombak Kalsel. Kemudian mengadakan penelusuran dan dokumentasi benda-benda, yang selanjutnya dapat dilestarikan dan diusulkan menjadi cagar budaya baik tingkat Kota Provinsi maupun Nasional.

“Kami mewakili atas nama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel, sangat berterima kasih kepada tim peneliti kerja keras selama ini dalam pelaksanaan kegiatan,” ucapnya
Disampaikan Arry, setelah digelar Seminar Kajian Museum ini, Naskah Lontara Pagatan yaitu buku harian kerajaan Bugis Pagatan, ke depannya akan ditetapkan menjadi Cagar Budaya peringkat Kabupaten Tanah Bumbu. Sedangkan Tombak Banjar jejak sejarah senjata tradisional Kalimantan Selatan, masih memerlukan kajian secara mendalam, baik di Museum Wasaka dan Museum Lambung Mangkurat.
“Semoga seminar dengan kalangan millenial mereka mengetahui dan mendapat wawasan sejarah di Kalsel,” pinta Arry
Sementara itu, salah seorang Penulis Buku, MZ Arifin Anis, mengatakan, selama penulisan Buku Lontara Pagatan dan Tombak Banjar tidak sembarangan, yaitu harus melakukan penelitian serta beberapa kali digelar diskusi, guna mengumpulkan data di lapangan. Pihaknya bersama lima penulis lain memerlukan waktu sekitar dua bulan untuk menyelesaikannya.
“Kita sangat mengapresiasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, melalui Bidang Kebudayaan di Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman, telah memfasilitasi kajian ini,” ungkapnya
Hal senada juga disampaikan, salah seorang Penulis Buku, Masyur, menambahkan, untuk kajian Naskah Lontara Pagatan berfokus buku harian kerajaan Bugis Pagatan, selama penelitian pihaknya melakukan observasi dan wancara, kemudian pengumpulan arsip klasik dari berbagai sumber arsip Hindia Belanda dan terjemahnya.
“Dengan Seminar Kajian Museum ini dapat terlindungi hingga dilestarikan,” tutupnya
Untuk diketahui, Museum Wasaka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, melalui Bidang Kebudayaan Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman, menggelar Seminar Kajian Museum, membedah dua buku tentang Lontara Pagatan dan Tombak Banjar, yang disampaikan para penulis, MZ Arifin Anis, Mansyur, Herry Porda, dan Mursalin. Dhadiri Lembaga Adat Ade Ogie Pagatan, Andi Satria Jaya, Keturunan Raja Pagatan, Perwakilan Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Banjarmasin, Komunitas Wasaka, Asosiasi Antropologi Indonesia Kalsel, Dewan Kesenian Banjarmasin, diikuti peserta dari Kalangan Perguruan Tinggi Negeri, Jurusan Sejarah. (NHF/RDM/RH)