6 Mei 2024

LPPL Radio Abdi Persada 104,7 FM

Bergerak Untuk Banua

Indonesia Makin Cakap Digital: Etika Berinternet, Sama Seperti Saat Bertatap Muka

3 min read

BANJARBARU – Gerakan nasional literasi digital 2021, Kemkominfo RI bersama Siberkreasi menuju Indonesia Makin Cakap Digital menggelar webinar bertema “Kehidupan Berbisnis Dalam Dunia Digital”, di kota Banjarbaru, Senin (28/6) pagi.

Seminar online ini merupakan bagian dari program literasi digital nasional: Indonesia Makin Cakap Digital yang telah dicanangkan oleh Presiden RI, Joko Widodo pada 20 Mei 2021 lalu.

Narasumber Ratyuhono Linggar Putra, praktisi SDM dan profesional coach membeberkan, saat ini tren pekerjaan dan usaha di dunia digital berkembang dengan sangat cepat. Terlebih dengan adanya fenomena pandemi Covid-19, sangat cepat mengubah perilaku kehidupan sehari-hari.

“Saat ini banyak menghabiskan waktu kita di hadapan gadget, baik itu Hp, laptop, dan lain-lainnya,” kata Linggar.

Semua aktivitas menurutnya dilakukan melalui gadget, itu semua adalah perubahan perilaku masyarakat.

Kondisi itu mempengaruhi jenis pekerjaan saat ini. Muncul pekerjaan baru atau pekerjaan lama yang terdigitaliasi.

“Contoh toko virtual atau online. Saat ini, bisa menjadi pekerja di perusahaan atau memilih bekerja sendiri. Contoh pekerjaan di era digital sekarang, data analis (UI/UX) di perusahaan, desainer video editor atau juga grafic desainer, programer atau software developer (Coding), blogger/copywriter (penulis), sosial media spesialis (pengelola akun medsos) atau digital marketer, produk fhotografer, guru online, conten creator, hingga trading saham,” jelasnya.

Menurut ya lagi, ini sebagian pekerjaan yang saat ini lagi tren di dunia digital. Dan yang sebaiknya basic atau dasar dikuasai, paling tidak skill kita lancar mengetik di keyboard.

“Pekerjaan-pekerjaan itu semua tidak harus sekolah formal, bisa didapatkan di internet, semisal dari online education. Karena sudah banyak platform-platform yang bisa didapatkan secara gratis,” beber Linggar.

“Semua bisa dipelajari di internet atau di dunia digital,” sambungnya.

Tantangan bisnis di era digital disampaikannya, akan terus berlangsung, semakin hari semakin cepat.

“Kalau kita ketinggalan, kita kalah saing dengan kompetitor kita, terus up to date, karena persaingan akan semakin ketat dan tinggi,” kata Linggar.

Sementara itu, Mahdi Ramadhani, seorang enterpreneur yang membahas etika pelayanan dalam bisnis di dunia digital mengatakan, etika pelayanan dalam bisnis digital, pertama keadilan.

“Tidak merugikan siapapun. Semua harus puas terutama pembeli. Sebagai penjual kita harus memposisikan atau di posisi sebagai pembeli,” kata Rama.

Etika bisnis dalam dunia digital lainnya menurutnya yakni kejujuran.

“Sesuai dengan yang digambarkan atau yang dijual. Menjelaskan barang yang dijual secara detail. Dan harus ada perbandingan,” jelasnya

Tanggung jawab, kerahasiaan pembeli, karena ada kasus nomor pembeli atau alamat pembeli.

“Jangan sampai data pembeli atau nomor pembeli kita malah muncul kasus digunakan untuk pinjol,” kata Rama.

“Layanan lainnya, semisal kita sebagai penjual bisa memberikan layanan tracing atau mengecek posisi barang sudah sampai dimana,” beber Rama.

Sehingga manfaat etika pelayanan dalam berbisnis dalam dunia digital, sebagai penjual akan dihormati dan dihargai, disenangi dan disegani menurutnya.

“Etika pelayanan seperti itu, akan jadi cerita dan menjadi promo gratis,” kata Rama.

Sementara itu, Key Opinian Leader (KOL) Ulfa Merdeka, yang membahas digital etichs, saat ini persaingan bisnis sangat kompetitif, perubahan perilaku masyarakat. Arus informasi yang deras, cepat dan mudah.

“Tentu ada dampak positif dan negatif yang ditimbulkan. Kita harus tetap punya batasan dalam internet,” ujarnya.

“Ketika berinternet, jejak digital itu selalu ada, sangat luas dan masif,” sambung Ulfa Merdeka.

Menurut pemilik event weeding organizer ini, netiket itu hampir mirip etika di dunia riil. “Karena semua bicara dan tulisan atau konten kita setelah diunggah itu, tetap dipertanggungjawabkan,” ingatnya.

“Apapun yang kita lakukan di internet ada batasannya, sama seperti kita bertatap muka, persis ketika kita bertatap muka dengan tetangga misalnya,” katanya lagi

Dan perlu dingat, kata Ulfa Merdeka, pengguna internet itu juga manusia.

“Maka dari itu gunakanlah kata-kata yang baik, tidak memancing perkara. Kita harus memastikan kata-kata kita tidak menyakitkan orang lain, karena yang berselancar di dunia maya atau internet itu juga manusia lho,” jelasnya.

Netiket yang perlu dimiliki menurutnya adalah perbanyak wawasan untuk memberikan info yang valid.

“Cek kebenarannya, apakah sesuai dengan realita, itu penting sekali dan hindari perselisihan,” pungkas Ulfa Merdeka. (ADV-RDM/RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Abdi Persada | Newsphere by AF themes.