Disdag Kalsel Pantau Harga Bapok Pasca BBM Naik
2 min readBANJARMASIN – Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan, melakukan pemantauan harga bahan pokok, pasca hari ke enam naiknya Bahan Bakar Minyak.
Kepada Abdi Persada FM, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan, Birhasani, pada Kamis (8/9) mengatakan, dengan diberlakukan kebijakan kenaikan harga BBM oleh Pemerintah Pusat, pihaknya segera memantau harga bahan pokok di pasaran mulai di Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Tanah Bumbu dan Kotabaru, untuk saat ini harganya belum mengalami kenaikan yang signifikan.
“Para pedagang ini masih menjual stok modal lama,” ucapnya
Disampaikan Birhasani, pada umumnya pasokan barang baru dari distributor belum di suplai, mengingat distributor sedang melakukan perhitungan seperti biaya angkutan, dan distribusi. Kemungkinan dalam beberapa hari ke depan seiring dengan habisnya stok modal lama, harga bahan pokok maupun barang lainnya diprediksi akan mengalami kenaikan, sehingga penyesuaian harga modal pembelian barang baru, sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari kenaikan BBM.
“Tingginya biaya transportasi, dan produksi pasti dibebankan kepada konsumen melalui harga jual suatu barang,” jelasnya.
Birhasani menilai, dampak ini tentu sangat berpengaruh bagi masyarakat yang tidak mampu, karena merasakan bertambah beratnya biaya untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Menyikapi kondisi itu Gubernur Kalimantan Selatan, meminta untuk segera melakukan langkah yang strategis, untuk melakukan antisipasi antara lain dengan melaksanakan pasar murah.
“Kita gelar Pasmur mulai Kamis (8/9) di Kabupaten Kotabaru, sebagai salah satu daerah sampel pencatatan inflasi oleh BPS, hingga bulan Desember 2022 yang tersebar di 13 Kabupaten kota, ada sebanyak 34 titik, kami berharap kegiatan ini, dapat juga dilaksanakan oleh Pemda masing-masing, dengan dukungan APBD, dalam rangka membantu meringankan beban masyarakat dan pengendalian inflasi daerah,” katanya lagi.
Lebih lanjut Birhasani menambahkan, kegiatan pasar murah ini menjual berbagai komoditi dan produk, terutama barang yang menjadi pendorong inflasi atau mengalami kemahalan di daerah tersebut, seperti telur ayam ras, daging ayam, beras, gas LPG 3 kilogram, ikan, bawang merah, cabe serta barang lain yaitu minyak goreng, gula putih, bawang putih, teh dan lain-lain.
“Warga Kotabaru sangat antusias dengan kegiatan ini, karena sangat membantu dalam rangka memenuhi keperluan sehari-hari, apalagi harganya lebih murah daripada di pasar,” tutup Birhasani. (NHF/RDM/RH)