Wujud Komitmen Tingkatkan Literasi, Dispersip Kalsel Hadirkan Novelis Asal Banua, Eva Liana
2 min readBANJARMASIN – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menghadirkan Novelis asal Banua, Eva Liana dalam acara “Meet And Greet” di aula Dispersip Kalsel, Selasa (9/8).
Kegiatan yang mengangkat tema “Literasi Membangun Generasi Muda yang Kreatif, Kritis dan Produktif” ini disambut antusias oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan seperti pelajar, mahasiswa, guru dan pemustaka yang mengikuti baik secara online maupun onsite di Aula Dispersip Kalsel.
Kepala Dispersip Kalsel, Nurliani Dardie diwakili Kepala Bidang Pelayanan dan Pembinaan Perpustakaan, Wildan Akhyar mengatakan kegiatan ini sebagai salah satu wujud komitmen pihaknya dalam upaya meningkatkan literasi dan minat baca generasi muda di Kalsel. Melalui kegiatan ini, Dispersip ingin menyiapkan generasi muda Kalsel untuk menyambung estafet pembangunan di masa yang akan datang.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini semangat membangun literasi di Kalsel lebih kuat lagi, sehingga generasi muda kita juga siap menyambung estafet pembangunan kedepannya,” jelasnya.
Sementara itu, Novelis yang berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Eva Liana mengatakan, Indonesia termasuk Kalsel saat ini tengah menghadapi tantangan generasi yang instan, dimana mereka hanya mengejar pencapaian yang pragmatis atau yang hanya ada di depan mata saja, hingga tidak sedikit dari mereka menolak untuk sekolah.
“Jadi memang ada pergeseran nilai disini, orientasinya sudah berubah. Seperti halnya fenomena Citayam yang gak lepas dari rendahnya literasi di Indonesia karena mereka menganggap tidak penting buat sekolah,” katanya.
Untuk itu Eva pun berpesan, agar generasi muda Kalsel lebih berhati-hati dalam menyikapi kebebasan baik itu dari cara berpikir dan bersikap yang sesuai dengan standar kehidupan yang hakiki.
“Generasi muda kita harus berhati-hati dalam memaknai kebebasan di era saat ini. Jangan sampai kebebasan tersebut menggiring kepada perilaku yang serba mau, serba boleh, mengejar materi, mengabaikan moral, dan rentan terhadap mental illness karena mereka tidak punya patokan berpikir,” jelasnya. (NRH/RDM/RH)