Cuaca dan Kurangnya Stok, Picu Kenaikan Harga Bawang Merah di Kalsel
1 min readBANJARBARU – Kebutuhan bawang merah di Kalsel mencapai 10 ribu ton per tahun. Namun kenyataannya, komoditi ini hanya mampu menopang dibawah target, bahkan tak sampai ribuan ton. Artinya ketersedian stok masih belum mencukupi. Disisi lain, harga yang dijual di pasar tradisional pun ikut meroket.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalsel, Fathurrahman, mengakui, bahwa provinsi ini bukan penghasil bawang merah. Untuk menyiasatinya harus mengambil dari luar daerah.
“Pusat produktivitas bawang merah ini kan ada brebes (Jateng) dan Bima (NTB),” ujarnya kepada Abdi Persada FM, baru-baru tadi.
Soal ketersediaan, diakuinya, juga masih mengalami kekurangan. Hal ini juga dipicu adanya cuaca ekstrim di Jateng dan NTB sehingga produksinya pun terdampak.
“Akibatnya harga di pasar tradisional Kalsel alami kenaikan,” ungkapnya.
Tak hanya di Kalsel, Fathur menyebut, juga terjadi di semua provinsi. Bahkan, akibat ketersediaannya tak mencukupi komoditi bawang merah disana pun turut mengalami lonjakan tinggi.
“Kategorinya merah semuanya khusus untuk komoditi bawang merah,” ungkapnya.
Melalui data dinas ketahanan pangan kabupaten/kota di Kalsel, ia menjabarkan rata-rata telah menyentuh dikisaran harga yang tak biasa yakni diangka Rp75 ribu per kilogram.
“Tentu cuaca ekstrim juga jadi pemicu dan ini tentu jadi masalah,” pungkasnya. (RHS/RDM/RH)