8 September 2024

LPPL Radio Abdi Persada 104,7 FM

Bergerak Untuk Banua

Webinar Literasi Digital Kabupaten Banjar; Bebas Berekspresi di Dunia Digital

3 min read

BANJAR – Kementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar bertema “Bebas Berekspresi di Dunia Digital,” Senin (11/10) pukul 14.00 WITA.

Acara dibuka Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Samuel Abrijani Pangerapan dan Bupati Kabupaten Banjar Saidi Mansyur, ini menampilkan sejumlah pembicara kompeten.

Dipandu oleh moderator Ovi Darin, yang menghadirkan narasumber pertama Reza Rangin Mengatakan, tips berbahasa agar tidak menyinggung seseorang di media sosial yaitu harus memahami konteksnya terlebih dahulu dan jangan sembarang mengomentari orang.

“Ketika seseorang posting sesuatu diliat dulu konteksnya, jadi kita tidak perlu asal mengingatkan jika ingin berkomentar memberikan saran usahakan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan jangan bersifat menyinggung,” ucapnya.

Narasumber kedua Amiruddin dengan materi yang tak kalah menarik yaitu tentang ‘Literasi Digital dalam Wawasan Kebangsaan’.

Amiruddin mengatakan, teknologi komunikasi dan informasi mengubah peran konvensional menjadi peran modern, menggunakan teknologi, media massa, cyber war.

Kehadiran media sosial sebagai wadah berbincang dan bertukar informasi antara satu dengan yang lain tentu memberikan dampak yang sangat positif. Sayangnya media sosial juga menjadi arena bagi penyampaian opini ujaran penuh kebencian dan berita-berita palsu.

“Wawasan kebangsaan akan menjadi kunci kesamaan pandangan dan pemersatu tujuan generasi masa kini dan masa yang akan datang, dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia baik dari dalam maupun dari luar negeri,” tuturnya.

Kata dia, wawasan kebangsaan merupakan pemahaman masyarakat mengenai jati diri bangsa nya dalam mendayagunakan segala potensi negeri untuk mencapai cita-cita dan kepentingan nasional.

Dalam kehidupan modern arus globalisasi dapat membantu perkembangan sebuah negara, namun dapat juga berdampak negatif jika masyarakat tidak memiliki wawasan kebangsaan yang cukup.

Wawasan kebangsaan tumbuhkan rasa cinta tanah air yakni;

1. Rendahnya wawasan kebangsaan berdampak pada tergerusnya rasa nasionalisme dan krisis jati diri bangsa.

2. Wawasan kebangsaan dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air pemuda Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi.

3. Wujudkan kebangkitan nasional. Masyarakat yang memiliki wawasan kebangsaan luas dapat menumbuhkan semangat kebangkitan nasional.

Selanjutnya narasumber ketiga Maharani Lulu dengan materi tentang ‘Main Aman Saat Belanja Online’.

“Sebanyak 87,1 persen pengguna internet di Indonesia telah membeli bermacam-macam produk secara online melalui berbagai perangkat elektronik selama beberapa bulan terakhir pada 2020,” ucapnya.

Lulu mengatakan, keuntungan dari berbelanja online yaitu praktis dan efisien waktu, pilihan bervariasi dan juga sistem pembayaran lebih mudah.

Adapun, selamanya bangkai kerugian dari berbelanja online yakni menjadi konsumerisme, rawan penipuan dan barang tidak sesuai ekspektasi.

“Modus penipuan belanja online memiliki ciri, menjual barang murah, pencurian data, pencucian uang, layanan COD, dan biaya tambahan,” tuturnya.

Ia memberikan tips agar terhindar dari penipuan belanja online yakni;

1. Gunakan komputer atau smartphone milik sendiri.

2. Pilih situs atau seller terpercaya.

3. Membaca dengan cermat.

4. Pilih cara pembayaran yang aman.

5. simpan bukti transaksi.

6. Rekam video unboxing.

7. Memberikan feedback.

Terakhir narasumber Amalia Permata Rizky dengan materi tentang ‘Bebas Berekspresi di Dunia Digital’.

Ia menjelaskan, indikator pertama dari kecakapan dalam budaya digital adalah bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital.

Adapun, dampak minimnya pemahaman bersosial media yaitu:

1. Tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah pada segregasi sosial di ruang digital.

2. Tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital.

3. Tidak mampu membedakan misinformasi, disinformasi dan malinformasi.

“Kemampuan access adalah kunci yang akan menuntun kita pada aktivitas-aktivitas lainnya di ruang digital hal ini berkaitan dengan kemampuan memilih dan memilah informasi, menggunakan perangkat yang legal, dan mengakses sesuai dengan ketentuan,” tutur Amalia.

Aspek penting dalam membangun budaya digital yaitu, participation, remediation, bricolage dan growth mindset. (RILIS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Abdi Persada | Newsphere by AF themes.