Webinar Literasi Digital Nasional Kota Banjarbaru, Wakil Wali Kota Banjarbaru: Nasionalisme Era Digital
7 min readBANJARBARU – Wakil Wali Kota Banjarbaru Wartono SE dalam webinar literasi digital mengingatkan perlunya di kedepankan nasionalisme era digital, Rabu (18/8/2021)
Lalu, berdasarkan temuan survei, 66.4 persen warga senang menyebut mereka sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.
Tak sampai disitu, Wartono juga menerangkan bahwa Kota Banjarbaru ini sebagai miniatur suku dan budaya, karena Kota Banjarbaru sangat beragam penduduknya mengenai budaya dan sukunya akan tetapi masyarakat saling bertoleransi.
Selanjutnya narasumber lokal, Iwan Hermawan SHut MM selaku Kepala Dinas Kominfo Kota Banjarbaru menerangkan, terkait kesiapan masyarakat Indonesia khususnya, Kalimantan Selatan dalam kesiapannya memasuki dunia di era digital.
Ia menerangkan masalah kesiapan Kota Banjarbaru dalam menyikapi digital.
“Mereka, warga Kota Banjarbaru ini telah siap karna dari segi regulator sudah menyiapkan beberapa regulasi dalam menyambut era digital ini,” katanya.
Kalkulator regulasi sudah mengantur kesiapannya yang diharapkan nantinya mempunyai daya saing dari kabupaten lainnya.
Terkait program khusus untuk meningkatkan rasa Nasionalisme, Wakil Wali Kota Banjarbaru menjelaskan situasi kita sedang pandemi.
“Terlebih Kota Banjarbaru sedang menjalankan PPKM level-4, maka hampir semua acara tidak ditiadakan untuk menghindari hal yang tak diinginkan,” paparnya.
Kendati tak adanya berbagai macam acara, namun disisi lain Wartono juga menyampaikan terkait pelaksanaan 17 Agustus tetap ia laksanakan akan tetapi dilakukan secara terbatas.
Dalam hal ini dirinya mengaku tidak mengurangi semangat sedikit pun dalam pelaksanan Hari Kemerdekaan Indonesia.
“Dulunya perayaan Agustus di Kota Banjarbaru sangat ramai akan tetapi 2 tahun ini tidak dilaksanakan karna sedang situasi pandemi, ditambah saya baru menjabat tahun ini,” jelas Wakil Wali Kota Banjarbaru, Wartono.
Wartono juga memaknai di Hari Kemerdekaan agar masyarakat tak melupakan akan sejahtera para pejuang kemerdekaan.
Tak kalah asik pemaparan dari Arief Madihin, warga Kota Banjarbaru ia menceritakan profesi sebagai pemadihin.
“Pemadihin adalah sebuah keseniaan suku banjar, merupakan syair-syair yang disusun dan dibawakan dengan logat banjar. Pemadihin ini juga mengarah ke komedi khas suku banjar,” jelasnya.
Arief menyampaikan profesinya sebagai pemadihin ini seperti standup comedi, terlebih masyarakat Kota Banjarbaru di Kalsel.
Boleh dibilang salah satu interogen karna segi pendatang dan masyarakat dan sukunya itu beraneka ragam, meskipun banyaknya suku beragam harus diakui memang mempertahan nilai-nilai budaya.
“Seperti contoh di pernikahan itu saling menampilkan budaya mereka masing-masing akan tetapi tetap toleransi,” akunya.
Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang kita nikmati saat ini semakin pesat, terutama kecakapan di ruang digital harus lebih ditingkatkan dalam masyarakat agar mampu menampilkan konten kreatif mendidik menyejukkan dan menyerukan perdamaian.
Sebab, tantangan di ruang digital semakin besar, seperti konten-konten negatif, kejahatan penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar literasi digital dengan tema Nasionalisme di era digital, Rabu (18/8/2021) pagi, dipandu oleh moderator Aulia Mawardhika.
Seluruh peserta yang mengikuti webinar ini, di perkenankan untuk mendengarkan terlebih dahulu lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat dalam menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks, serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet.
Kegiatan webinar yang dibuka Wakil Wali Kota Banjarbaru, Wartono SE dalam sambutannya ia berharap di dunia digital ini, masyarakat dituntut mampu menggunakannya dengan sopan.
Serta memiliki etika dalam berselancar di sosial media, demikian ia juga berharap dalam penyebaran informasi ada baiknya untuk saring sebelum share.
Kendati begitu, Wartono ingin masyarakatnya khususnya di Kota Banjarbaru agar dapat menjaga etika di dunia digital serta mampu menangkal informasi hoax.
Demikian narasumber nasional utama diberikan pada Wakil Wali Kota Banjarbaru, Wartono, dalam menanggapi nasionalisme di era digital menyampaikan.
“Berbicara tentang nasionalisme, pada jaman sebelum era digital adalah cerita tentang kepahlawanan, yang lebih mementingkan rakyat dari pada kepentingan pribadi,” katanya.
Masih kata Wartono, namun saat ini kita sudah berada di era digital dimana lebih 50 persen dari jumlah penduduk itu adalah dari generasi muda.
Tentunya dalam hal ini mereka sudah terhubung dengan teknologi maka rasa nasionalisme itu di generasi muda atau milenial.
“jangan sampai mereka dikendalikan oleh teknologi kalo bisa mereka yang mengendalikan teknologi,”ucapnya.
Menurut Lembaga Survey Indonesia (LSI) Identitas nasional atau nasionalisme warga Indonesia jauh lebih kuat dibandingkan identitas keagamaan dan kesukuan.
Lalu, berdasarkan temuan survei, 66.4 persen warga senang menyebut mereka sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.
Tak sampai disitu, Wartono juga menerangkan bahwa Kota Banjarbaru ini sebagai miniatur suku dan budaya, karena Kota Banjarbaru sangat beragam penduduknya mengenai budaya dan sukunya akan tetapi masyarakat saling bertoleransi.
Selanjutnya narasumber lokal, Iwan Hermawan SHut MM selaku Kepala Dinas Kominfo Kota Banjarbaru menerangkan, terkait kesiapan masyarakat Indonesia khususnya, Kalimantan Selatan dalam kesiapannya memasuki dunia di era digital.
Ia menerangkan masalah kesiapan Kota Banjarbaru dalam menyikapi digital.
“Mereka, warga Kota Banjarbaru ini telah siap karna dari segi regulator sudah menyiapkan beberapa regulasi dalam menyambut era digital ini,” katanya.
Kalkulator regulasi sudah mengantur kesiapannya yang diharapkan nantinya mempunyai daya saing dari kabupaten lainnya.
Terkait program khusus untuk meningkatkan rasa Nasionalisme, Wakil Wali Kota Banjarbaru menjelaskan situasi kita sedang pandemi.
“Terlebih Kota Banjarbaru sedang menjalankan PPKM level-4, maka hampir semua acara tidak ditiadakan untuk menghindari hal yang tak diinginkan,” paparnya.
Kendati tak adanya berbagai macam acara, namun disisi lain Wartono juga menyampaikan terkait pelaksanaan 17 Agustus tetap ia laksanakan akan tetapi dilakukan secara terbatas.
Dalam hal ini dirinya mengaku tidak mengurangi semangat sedikit pun dalam pelaksanan Hari Kemerdekaan Indonesia.
“Dulunya perayaan Agustus di Kota Banjarbaru sangat ramai akan tetapi 2 tahun ini tidak dilaksanakan karna sedang situasi pandemi, ditambah saya baru menjabat tahun ini,” jelas Wakil Wali Kota Banjarbaru, Wartono.
Wartono juga memaknai di Hari Kemerdekaan agar masyarakat tak melupakan akan sejahtera para pejuang kemerdekaan.
Tak kalah asik pemaparan dari Arief Madihin, warga Kota Banjarbaru ia menceritakan profesi sebagai pemadihin.
“Pemadihin adalah sebuah keseniaan suku banjar, merupakan syair-syair yang disusun dan dibawakan dengan logat banjar. Pemadihin ini juga mengarah ke komedi khas suku banjar,” jelasnya.
Arief menyampaikan profesinya sebagai pemadihin ini seperti standup comedi, terlebih masyarakat Kota Banjarbaru di Kalsel.
Boleh dibilang salah satu interogen karna segi pendatang dan masyarakat dan sukunya itu beraneka ragam, meskipun banyaknya suku beragam harus diakui memang mempertahan nilai-nilai budaya.
“Seperti contoh di pernikahan itu saling menampilkan budaya mereka masing-masing akan tetapi tetap toleransi,” akunya.
Lalu, berdasarkan temuan survei, 66.4 persen warga senang menyebut mereka sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.
Tak sampai disitu, Wartono juga menerangkan bahwa Kota Banjarbaru ini sebagai miniatur suku dan budaya, karena Kota Banjarbaru sangat beragam penduduknya mengenai budaya dan sukunya akan tetapi masyarakat saling bertoleransi.
Selanjutnya narasumber lokal, Iwan Hermawan SHut MM selaku Kepala Dinas Kominfo Kota Banjarbaru menerangkan, terkait kesiapan masyarakat Indonesia khususnya, Kalimantan Selatan dalam kesiapannya memasuki dunia di era digital.
Ia menerangkan masalah kesiapan Kota Banjarbaru dalam menyikapi digital.
“Mereka, warga Kota Banjarbaru ini telah siap karna dari segi regulator sudah menyiapkan beberapa regulasi dalam menyambut era digital ini,” katanya.
Kalkulator regulasi sudah mengantur kesiapannya yang diharapkan nantinya mempunyai daya saing dari kabupaten lainnya.
Terkait program khusus untuk meningkatkan rasa Nasionalisme, Wakil Wali Kota Banjarbaru menjelaskan situasi kita sedang pandemi.
“Terlebih Kota Banjarbaru sedang menjalankan PPKM level-4, maka hampir semua acara tidak ditiadakan untuk menghindari hal yang tak diinginkan,” paparnya.
Kendati tak adanya berbagai macam acara, namun disisi lain Wartono juga menyampaikan terkait pelaksanaan 17 Agustus tetap ia laksanakan akan tetapi dilakukan secara terbatas.
Dalam hal ini dirinya mengaku tidak mengurangi semangat sedikit pun dalam pelaksanan Hari Kemerdekaan Indonesia.
“Dulunya perayaan Agustus di Kota Banjarbaru sangat ramai akan tetapi 2 tahun ini tidak dilaksanakan karna sedang situasi pandemi, ditambah saya baru menjabat tahun ini,” jelas Wakil Wali Kota Banjarbaru, Wartono.
Wartono juga memaknai di Hari Kemerdekaan agar masyarakat tak melupakan akan sejahtera para pejuang kemerdekaan.
Tak kalah asik pemaparan dari Arief Madihin, warga Kota Banjarbaru ia menceritakan profesi sebagai pemadihin.
“Pemadihin adalah sebuah keseniaan suku banjar, merupakan syair-syair yang disusun dan dibawakan dengan logat banjar. Pemadihin ini juga mengarah ke komedi khas suku banjar,” jelasnya.
Arief menyampaikan profesinya sebagai pemadihin ini seperti standup comedi, terlebih masyarakat Kota Banjarbaru di Kalsel.
Boleh dibilang salah satu interogen karna segi pendatang dan masyarakat dan sukunya itu beraneka ragam, meskipun banyaknya suku beragam harus diakui memang mempertahan nilai-nilai budaya.
“Seperti contoh di pernikahan itu saling menampilkan budaya mereka masing-masing akan tetapi tetap toleransi,” akunya.
Ia juga menceritakan untuk talent pemadihin sendiri, pelakunya susah untuk didapat dan sebagian dari mereka tidak mau terjun secara profesional karna takut mendapati kesalahan, namun untuk apresiasinya sangat baik.
Kembali ia menceritakan profesi pemadihin sendiri di dunia digital terdapat sisi negatif dan positifnya seperti, sisi positifnya keuntungannya bisa dilihat atau disaksikan oleh seluruh masyarakat tidak terbatas ruang dan waktu.
Namun terdampat dampak negatifnya juga, madahin ini cenderenung lawak, komedi jadi untuk siap menerima ktitikan mereka yang tidak suka madihin seperti komentar contoh tidak lucu atau tidak baik perlu dipahami saja.
Ia pun menambahkan, pemadihin sendiri seperti memuji dan memberi nasehat darkjob atau receh akan tetapi didalam situ ada humor.
Tentunya Wartono dalam menanggapi profesi pemadahin itu pentasnya baik untuk di tampilkan, tentunya dalam hal ini warga Kota Banjarbaru diharap bisa menghargai dan menerima keberagaman.
Serta bisa mengayomi untuk semua budaya dan tetap menghormati serta menghargai .
Terlebih ia sangat menginginkan pandemi ini cepat berlalu dan dirinya mengaku sangat rindu akan kehidupan normal, agar dapat menampilkan keseniaan yang sangat beragam.
Kepala Kominfo Kota Banjarbaru, Iwan kembali menyampaikan dalam teknologi yang semakin pesat dan diera Di digital dirinya berkabolasi dengan staf holder dan diakhir 2020 tahun lalu.
“Literasi digital sudah kami backup dalam program tersebut kami membina dan membentuk kelompok menyasar setiap keluruhan salah satu contoh program program go to school untuk memberikan sosialisasi untuk memanfaatkan digital,” ujarnya.
Kemudian dirinya mengaku akan melaksanakan program yang sama dengan literasi digital yakni literasi juara khususnya dalam menghadapi era digital.
Turut dihadirkan juga Andy /rif, ia mengaku sangat baik sekali dalam pemanfaatan teknologi agar dapat bisa menyebarkan kemampuan kita.
“Tak seperti saya dulu saya kalo mau tampil harus turun dulu ke daerah-daerah untuk bisa tampil kalo sekarangkan enak dimudahkan oleh digital, cukup di rumah aja sudah bisa ngelakuin apa aja,” pungkasnya.
Dirinya pun mengaku pernah datang ke Kota Banjarbaru dan membawa makanan sangat banyak yakni amplang.
Kemudian kegiatan webinar diakhiri dengan penampilan menarik dari Arief dan Andy /rif. (RILIS)