Webinar Literasi Digital Kabupaten Banjar; Bersosial Media, Saring Sebelum Share
3 min readBANJAR – Kecakapan digital harus ditingkatkan dalam masyarakat agar mampu menampilkan konten kreatif, mendidik yang menyejukkan dan menyerukan perdamaian.
Tantangan di ruang digital semakin besar, seperti konten-konten negatif, kejahatan penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, ujaran kebencian serta radikalisme berbasis digital.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bekerjasama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar literasi digital.
“Kritis dan cermat berinternet melalui literasi digital”, dibuka Bupati Kabupaten Banjar, Saidi Mansyur, Rabu (28/7/2021) pagi, dipandu host Rio Brama.
Kegiatan bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks, serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet.
Narasumber pertama Audita Harsono, seorang Diving Instructor Underwater Videographer, yang akan membahas tentang kecakapan digital, menurutnya pengguna sosial media kini semakin meningkat seperti yang kita ketahui saja, di Indonesia terdeteksi ada sebanyak 170 juta pengguna aktif.
Seperti yang kita ketahui saja, dari banyaknya pengguna sosial media hal ini bisa dijadikan peluang besar bagi penjualan.
“Kita mau jualan apa saja bisa peluang kita ada 170 juta, itu hanya untuk di Indonesia saja bayangkan ditambah mereka yang di luar negeri. Dari total populasi kita saja berdasarkan 21 Januari 2021, presentasi menunjukkan dari 62 persen hingga 21,8 persen terjadi penambahan sebesar 10 juta pengguna,” terang Audita sebagai pembisnis di sosmed.
Dalam pemaparanya ia juga membagikan tips and trik gimana caranya menggunakan sosial media untuk hal promosi yang efektif serta tepat oleh sasaran.
“Ada 6 poin yang perlu diketahui contoh mengenai bisnis saya Gili, gimana sih membangunnya? Cara belinya tuh gimana? Cara menjual promo-promo dan paket-paketnya gimana? Cara melakukan kolaborasi dengan selebgram atau orang-orang terkenal bahkan artis pun gimana? Kuncinya hanya satu jangan sampai kita salah langkah,” ungkapnya.
“Tips and trik dan skillnya gimana cara kita dapat ngebranding serta memperhatikan dan dapat melihat target market kita, seperti target pasar itu kalangan pelajar atau mahasiswa kemudian orang kerja, atau orang berkeluarga itu perlakuannya pasti beda,” katanya.
“Tentu ‘kan kita memasarkan bisnis kita melalui sosial media mana, apakah Instagram, apakah tiktok, apakah Facebook, nah ini mereka punya karakteristik masing-masing. Yang kalau zaman sekarang ngomongnya algoritma, cuma dari situ akan berbeda-beda kan dari format dari segi isinya berbeda-beda,” ucapnya.
Lalu pikirkan juga cara kita branding yang baik-baik seperti cara memotret, tampilkan foto yang keren sehingga dapat melirik pelanggan untuk berkunjung, “misalnya saya di bidang pariwisata dari objek-objek apa yang bagus yakni, bisa berupa pemandangan hutan atau bikin api unggun atau piknik apa padang rumput apa pinggir pantai ini kan menarik tentunya bagi mereka yang ingin berlibur melihat referensi dari akun sosmed kita terlebih dulu,” akunya.
Lakukan pula tawaran-tawaran yang membuahkan hasil seperti menjalin keakraban dengan selebgram yang sudah terkenal, sehingga market kita mudah untuk dikenal.
Senada dengan narasumber kedua kita Eddy Elminsyah Jaya, yang membahas keamanan digital. Pentingnya kita dalam bersosial media sehingga dituntut agar lebih memperhatikan kembali keamanannya.
Yang dimaksud dengan aman itu seperti cara kita menyebarkan berita dengan benar, perhatikan apakah ini berita hoax apa tidak.
“Salah satu momok yang harus kita hadapi di saat sekarang dimasa pandemi, seperti kita ketahui ternyata whatsapp itu menggambarkan dimana suatu berita tersebar secara mudah,” terang Eddy.
Sekjen WHO, mengatakan, kita ini tidak hanya berperang melawan pandemi akan tetapi kita juga berperang melawan info yang disalahartikan dan disebarluaskan.
“Kata-katanya terkenal pada saat dikonferensi keamanan dunia di unit kompetensi whatsapp tanggal 15 Februari 2020, di mana info demi info ini mempengaruhi perilaku dan cara pandang seseorang menanggapi berita,” masih kata Eddy.
Di kala pandemi COVID-19 ternyata mendapat perhatian besar seperti mudahnya berita palsu masuk. Hal ini menimbulkan stigmatisasi masyarakat terhadap rumah sakit buruk.
Salah satu adanya penyebaran info tak sedap disebabkan oleh seseorang yang secara sengaja ataupun iseng yang memainkan isu-isu yang tidak benar, lalu menyebarkan sehingga membuat perselisihan di masyarakat.
Eddy mengimbau agar masyarakat dapat saring terlebih dulu sebelum menyebarkan berita, apakah ini berita yang masuk akal apa tidak.(RILIS)