Webinar Literasi Digital Tanah Bumbu: Berselancar di Sosial Media Perhatikan Rekam Jejakmu
3 min readTANAH BUMBU – Kecakapan digital harus ditingkatkan dalam masyarakat agar mampu menampilkan konten kreatif mendidik yang menyejukkan dan menyerukan perdamaian.
Tantangan di ruang digital semakin besar, seperti konten-konten negatif, kejahatan penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, ujaran kebencian serta radikalisme berbasis digital.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar literasi digital.
“Dunia digital Itu menyenangkan dengan literasi digital”, dibuka Bupati Tanah Bumbu, Zairullah Azhar, Selasa (27/7/2021) siang, dipandu host Aulia Mawardhika.
Kegiatan bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks, serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet.
Salah satu Key Opinion Leader, Irvanda Mulyaningsing yang berprofesi sebagai Dokter Gigi dan juga Make Up Artis membahas tentang Kebudayaan Digital disini ia memaparkan, “Gimana sih kita bisa menggunakan sosial media dengan baik? Tanpa mencuri kehidupan serta tidak menjadikan sosial media sebagai ketergantungan”.
Seiring berkembangnya sosial media yang semakin pesat, kecanggihan yang semakin meningkat serta mudahnya bersosial media. Hal ini jelas dapat mengakibatkan seseorang enggan untuk melepaskan gadget terlalu lama.
“Kecanduan bersosial media seperti gangguan perilaku, di mana penderitanya sulit melepaskan diri dari internet,” kata Irvanda.
Tentunya hal ini sangat berdampak yakni seperti adanya kegelisah apabila seseorang pecandu tidak dapat mengakses internet atau bersosial media.
Masih kata Irvanda, pengguna media sosial bila terus-menerus biasanya akan dirasa menjadi kecanduan yang negatif, “Dia jadi terus menerus selalu mengecek HP nya untuk melihat notif kemudian lama-kelamaan berujung pada ketergantungan,” ungkapnya.
Bermain atau berselancar di sosial media, diakibatkan oleh kecenderungan untuk beraktivitas di media sosial untuk mengunggah segala macam jenis aktivitasnya.
“Mereka rata-rata seperti ada rasa ingin diperhatikan oleh banyak orang, apalagi kalau misalkan mereka jalan-jalan nih atau bermake up cantik, mereka seperti ingin menampilkan dan membuktikan ke sosial medianya agar tetap eksis,” jelasnya.
Hal ini tidak bisa dipungkiri, dengan kepribadian yaitu kepercayaan dirinya yang terlalu tinggi. Sehingga dirinya selalu ingin menunjukkan atau hanya ingin membanggakan dirinya di media sosial.
Inilah yang jadi kunci dasar seseorang dapat mengalami kecanduan sosial media, “Kita berharap semoga kaum milenial khususnya wanita bijak dalam bersosial media, batasi juga waktunya jangan berlebihan yang membuat kita berubah menjadi pecandu. Sehingga aktivitas yang didunia real tidak dihargai,” pesannya.
Sementara itu, Narasumber terakhir Muhammad Ghalih mengangkat Keamanan Digital, “Rekam jejak digital di ranah pendidikan itu sangat membantu, oleh karena itu bijaklah berinternet karena semua pencarian ada rekam jejaknya,” terang Ghalih saat membuka obrolannya.
Jadi mengapa pentingnya bijak dalam berinternet di ranah pendidikan, karena banyak sekali pencarian dari hal positif hingga negatifnya. Maka dari itu kitalah sebagai orang yang bijak untuk memilah apa yang harus dibaca dan tidak perlu diketahui.
“Saya seorang dosen dan pemuda pelopor pendidikan hari in,i saya akan cerita tentang jejak digital itu sendiri, kemudian bagaimana membangun citra diri yang positif sebelum menulis,” paparnya.
Ia menambahkan, menggunakan sosial media ini sebenarnya lebih meyakinkan diri sendiri atau juga menyadarkan orang lain. Hal ini akan berpengaruh kepada diri kita sendiri bagaimana membangun yang namanya citra diri yang positif.
Maka berhati-hatilah dalam bersosial media apabila sering menyebarkan hal-hal negatif di akun sosial medianya dimohon direm, baca dulu, karena setiap apa yang sudah ter-upload ada rekam jejaknya.
Terkadang dengan kecanggihan yang sekarang ini banyak disalahartikan lalu melupakan hal yang dinamakan bijak sebelum menyebarkan.
Bagaimana caranya supaya bijak sebelum menulis kita perlu yang namanya jangan asal makan, “Sekarang jarimu harimaumu yang kalau dulu kan mulutmu harimaumu sekarang media sosial jarimu harimaumu,” ucapnya.
Jadi sebelum menyebar sebuah berita, baca terlebih dulu, jangan hanya baca setengah saja bahkan ada yang tidak membaca hanya karena terpicu oleh judul.
“Bijak berinternet karna setiap apa yang kita cari kita kerjakan di sosial media ada rekam jejaknya,” pungkasnya..(rilis)