19 April 2024

LPPL Radio Abdi Persada 104,7 FM

Bergerak Untuk Banua

Webiner Literasi Digital Banjar : Melek Digital dengan Berliterasi

2 min read

MARTAPURA – Kecakapan digital harus ditingkatkan di tengah masyarakat, agar mampu menampilkan konten kreatif mendidik yang menyejukkan, dan menyerukan perdamaian.

Sebab, tantangan di ruang digital semakin besar, seperti konten-konten negatif, kejahatan penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, ujaran kebencian, serta radikalisme berbasis digital.

Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar literasi digital “Melek Digital dengan Berliterasi”, di Kabupaten Banjar yang dibuka Bupati H Saidi Mansyur, pada Selasa (6/7/2021) pagi. Acara dipandu host Ronald Andretti melalui Zoom Meeting.

Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif,  sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks, serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet.

Salah satu narasumber webinar digital literasi ini, adalah Yuda Ekaristono dari Content Creative membahas Digital Safety “Positif, Kreatif dan Aman di Internet.”

Presiden Joko Widodo dalam arahannya sebelumnya mengatakan, kecakapan digital masyarakat harus ditingkatkan, agar mampu menciptakan lebih banyak konten kreatif yang mendidik, menyejukkan, dan menyerukan perdamaian.  Internet harus mampu meningkatkan produktivitas masyarakat.

Tips internet aman untuk mendukung produktivitas milenial, dapat diawali dengan penggunaan bahasa yang sopan saat berpendapat di sosial media.

Narasumber Yuda, konten kreator menyampaikan, agar menghindari plagiarisme dan jangan menyebarkan atau membuat hoax.

“Jangan membuat konten yang dapat menimbulkan pro kontra yang mengandung suku, agama, ras dan antar golongan (SARA),” ucapnya.

Untuk produktivitas milenial sendiri yang diharuskan aman dalam bersosial media, bisa melakukan block konten atau akun yang mengganggu, hindari phishing. Dan apabila menerima pesan mencurigakan dari seseorang yang dikenal, konfirmasi yang bersangkutan melalui  media lain.

“Jangan update lokasi terkini di media sosial, kita juga harusnya bijak dalam memilih teman dan berjejaring di media sosial jika ada yang mengganggu laporkan akun yang kiranya mencurigakan melalui fitur lapor akun di masing-masing platform,” jelas Yuda.

Sementara itu, narasumber Dewi Oktavia Fitriani, yang membahas Digital Ethics,  menyampaikan tema “Sudah Tahukah Kamu Dampak Penyebaran Berita Hoax Melalui Media Sudah”. Ia mengatakan, ratusan sampai ribuan informasi disebar setiap harinya.

“Bahkan orang kadang belum sempat memahami materi informasi, sehingga menimbulkan reaksi yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, karena informasi kehidupan di dunia maya kadang tidak sesuai dengan kehidupan nyata atau tidak berdasarkan fakta,” terangnya.

Asal usul hoax diyakini ada sejak ratusan tahun sebelumnya yakni ‘hocus’ dari mantra ‘hocus pocus’, frasa yang kerap disebut oleh pesulap, serupa istilah ‘sim salabim’. 

Salah satu hoax yang pernah menggemparkan,  adalah ancaman asteroid menghantam bumi dan menyebabkan kiamat. Pada tahun 2015, NASA membantah rumor tersebut.

“Inilah kehebatan kemajuan teknologi hal apapun dapat kita temui dari hal positif hingga negatif,” ucap Dewi.

Ia juga mengimbau agar masyarakat dapat mengambil peran bijak,  saat menyebarkan atau menshare sebuah informasi.

“Ketahui terlebih dahulu mana informasi yang benar dan informasi hoax. Hati-hati ya dalam menyebarkan informasi,  karena setiap informasi atau berita harus di cek terlebih dahulu, jangan asal sebar berita, baca dulu cari dulu kebenarannya agar tehindar dari berita hoax,” ungkapnya. (ADV/RIW/RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Abdi Persada | Newsphere by AF themes.