Kalsel Kembangkan Integrasi Sawit – Sapi
2 min readBANJARBARU – Provinsi Kalimantan Selatan melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan terus melakukan pengembangkan integrasi sawit – sapi.
Program tersebut sebagai salah satu cara untuk mendorong aspek multi manfaat dari perkebunan sawit dan peternakan sapi.
Langkah konkret berbasis kemitraan tersebut tertuang dalam sebuah nota penandatanganan MoU perjanjian kerjasama/pelaksanaan Program Integrasi Sawit Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma antara Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel dengan 8 perusahaan perkebunan, Jumat (2/7).
Kedelapan perusahaan itu adalah PT. Saka Kencana Sejahtera, PT. Citra Putra Kebun Asri, PT. Hasnur Cipta Terpadu, PT. Smart Tbk, PT. Gawi Makmur Kalimantan, PT. Candi Artha dan PT. Buana Karya Bakti.
Selain kegiatan MoU, juga digelar Rakor Rencana Aksi Daerah Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAD KSB) 2021 – 2024 Provinsi Kalsel.
Turut hadir dalam dua agenda strategis itu Setditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Ketua DPRD Provinsi Kalsel, Sekda Kalsel, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalsel, Pimpinan Perusahaan Kelapa Sawit serta SKPD terkait.
Kegiatan yang berlangsung di salah satu hotel di Banjarbaru ini mendapat apresiasi daei Pj Gubernur Kalsel, Safrizal ZA dan stakeholder terkait yang turut menyaksikan penandatanganan MoU.
Safrizal memberikan atensi terhadap upaya peningkatan produksi perkebunan di Kalsel.
Dikatakan, 1 dari 4 sektor yang memberikan devisa terbesar bagi ekonomi Kalsel adalah sektor perkebunan.
“Terkait percepatan swasembada sapi potong melalui integrasi Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (SISKA KU INTIP), integrasi ini diharapkan dapat membantu pertumbuhan ekonomi kalsel melalui peningkatan produksi sapi, dengan memanfaatkan lahan perkebunan sawit,” harapnya.
Integrasi ini juga diharapkan Safrizal dapat membantu menurunkan angka penggangguran di Kalsel.
“Kalau peternakan sapi dikembangkan nanti juga bisa mengikuti untuk pengembangan bisnis produk turunannya. Seperti misalnya bisnis pengolahan daging menjadi produk lain, yang tentu dapat menyerap tenaga kerja,” ucap Safrizal.
Pemikiran senada disampaikan Sekda Provinsi Kalsel, Roy Rizali Anwar. Roy mengatakan, permasalahan terkait sawit dan program gabungan sawit dan peternakan menjadi perhatian kedepan. Hal ini karena perkebunan kelapa sawit sendiri menyumbang devisa terbesar bagi Kalsel setelah pertambangan, sehingga menjadi prioritas.
Untuk produksi pedet (anak sapi ternak) sudah cukup besar, namun perkembangannya menurut Roy, tidak jelas kemana.
“Diharapkan kedepannya kita bisa maksimalkan, sehingga harga sapi kita bisa lebih murah dibandingkan dari harga sapi yang kita datangkan dari luar agar perputaran ekonominya lebih cepat di wilayah Kalsel,” ucap Roy.
Strategi yang disiapkan untuk mendukung hal tersebut disampaikannya adalah dengan, pemanfaatan lahan sawit, pemanfaatan limbah industri sawit dan kelapa sawit untuk pakan. Selain itu penguatan infrastruktur untuk peternakan, penguatan pasok ternak dan hasil ternak, serta regulasi dan deregulasi.
“Benefit yang kita harapkan adalah terciptanya korporasi antara pekebun dan peternak sehingga menghasilkan produksi sapi berbiaya rendah, meningkatan produksi sawit, peningkatan pendapatan perkebunan.
Sedangkan untuk masyarakat adalah tercukupinya kebutuhan protein hewani serta menumbuhkan usaha kegiatan penunjang bisnis inti. Selain itu pengolahan industri serta terciptanya tahanan pangan dan kesejahteraan untuk pekebun dan peternak,” harap Roy. (ADPIM-TR21-01/RDM/RH)